Faisal Basri: Ekonomi Indonesia Kuat Saat Dunia Bermasalah, Tapi

Jumat, 10 November 2017 08:47 WIB

Ilustrasi Pembangunan jalan tol. Tempo/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Universitas Indonesia Faisal Basri mengatakan ekonomi Indonesia tidak akan turun tajam saat ekonomi dunia bermasalah atau kontraksi.

"Kalau ekonomi dunia mengalami masalah, kontraksi, Indonesia itu juga turun tapi tidak setajam dunia. Jadi, kita seolah-olah lebih kokoh, seolah-olah," kata Faisal Basri di Ambhara Hotel Jakarta, Kamis, 9 November 2017.

Baca juga: Pengamat Ramalkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2018 Bergairah

Sebaliknya, menurut Faisal bila ekonomi dunia pulih, Indonesia tidak serta merta ikut pulih. Ada jeda waktunya.

"Jadi jangan berharap ekonomi dunia membaik, kita juga akan membaik. Tidak bisa segera," kata Faisal.

Hal tersebut menurut Faisal, karena Ekonomi kita tidak cocok atau compatible dengan ekonomi dunia. "Ekonomi dunia itu berbasis industri, kita komoditas," kata Faisal.

Advertising
Advertising

"Kan ekonomi dunia membaik, kita 5.0 juga (saat ini)," ujar Faisal.

Menurut Faisal hampir 70 persen Indonesia ekspor komoditi. Ia melihat kalau recover itu yang akan duluan laku adalah produk-produk manufaktur. "Jadi, untuk lebih compatible, naikkan industri manufakturnya, dorong ekspor industri manufakturnya, perkuat industri manufakturnya," kata Faisal

"Ada masalah dalam struktur ekonomi Indonesia," kata Faisal.

Faisal menilai ketika ekonomi dunia anjlok, indonesia tidak anjlok, disebabkan karena sektor keuangan Indonesia masih cetek. "Bukan karena kita hebat," kata Faisal.

Ia mengatakan strukturnya perlu dibenahi, seperti sektor keuangan untuk lebih diperdalam. Faisal merekomendasikan untuk struktur ekonomi diperkuat dengan industrialisasi.

"Karena hampir tidak ada negara yang bisa compatible dengan dunia, bisa menikmati keuntungan dari perdagangan dunia, kalau manufakturnya lemah. Kalau manufaktur kuat, keuntungannya ada dua, gains from trade dan additional gains from trade," kata Faisal Basri.

Dengan begitu menurut Faisal ada keuntungan ekstra, karena ada perdagangan intra industri. Ia menilai teori tersebut seperti hukum alam. "Tidak bisa dilawan," kata Faisal tentang ekonomi Indonesia.

Berita terkait

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

2 hari lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

2 hari lalu

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

Faisal Basri menyinggung soal opsi mekanisme peradilan melalui Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmillub) untuk menjerat Jokowi.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

2 hari lalu

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

Faisal Basri menyebut industrialisasi nikel lebih memberikan keuntungan kepada investor asing tanpa memerhatikan kerugian bagi Indonesia

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Kritik Pameran Kendaraan Listrik, Sebut Ada Kepentingan Bisnis Elit

2 hari lalu

Faisal Basri Kritik Pameran Kendaraan Listrik, Sebut Ada Kepentingan Bisnis Elit

Faisal Basri mengkritisi promosi kendaraan listrik yang selama ini tak mengungkap adanya dampak negatif lantaran masih mengandalkan batu bara

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

4 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

4 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

5 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

7 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

7 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

8 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya