Wakil Ketua MPR: Pendahulu Kita Adalah Pendakwah dan Pejuang
Kamis, 28 September 2017 14:53 WIB
INFO MPR - Dalam orasi ilmiah di hadapan wisudawan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Mohammad Natsir, Jakarta, 28 September 2017, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nur Wahid mengatakan dalam melakukan dakwah, para pendakwah akan menemukan banyak tantangan. Meski demikian, bila berdakwah dengan penuh kesabaran, dakwah yang dilakukan akan mampu membawa perubahan di masyarakat.
"Dakwah bisa mengubah masyarakat dari yang sifatnya individualistik menjadi masyarakat yang rahmatan nilalamin," ujarnya.
Hidayat menceritakan ketika Rasulullah hendak mengutus sahabat berdakwah ke Yaman, Rasulullah bertanya apa pegangan berdakwah. Sahabat itu menjawab, pegangan berdakwah adalah Al-Quran, sunah Rasul, dan berijtihad yang tak melampaui batas. "Ketiga hal tersebut merupakan dasar berdakwah yang luar biasa," ucapnya.
Pegangan tersebut harus dijadikan acuan karena kondisi tempat dakwah bermacam-macam. "Nanti Anda akan berdakwah di daerah perbatasan, pulau-pulau kecil, atau daerah minim informasi," katanya.
Islam masuk ke Indonesia pada 64 Hijriah atau pada Abad VI. Ini dibuktikan pada prasasti di Barus, Sumatera. Menurut Hidayat, Nusantara adalah wilayah yang ramah dan terbuka. "Dengan demikian, dakwah bisa dilakukan dengan penuh keramahan," ujarnya.
Ia menyebut dakwah yang dilakukan Wali Songo sangat luar biasa. "Dengan demikian, dakwah Islam terbukti dilakukan tanpa pertumpahan darah," ucapnya.
Dakwah di Indonesia, kata Hidayat, dilakukan terus-menerus, bahkan di masa kebangkitan nasional hingga menjelang Indonesia dan saat merdeka. Para tokoh dan organisasi Islam melakukan kegiatan dakwahnya. Ia menyebut sebelum ada Budi Utomo, sudah ada organisasi Islam, Jamiah Khair, yang tidak hanya melakukan dakwah, tapi juga membangkitkan nasionalisme Indonesia.
Lebih lanjut, Hidayat menuturkan, tokoh-tokoh umat Islam, seperti Ahmad Dahlan, Cokroaminoto, Wahab Chasbullah, Mohammad Natsir, dan lainnya, tak sekadar berdakwah, tapi juga membangkitkan nasionalisme. "Jadi dakwah juga menghadirkan nasionalisme Indonesia merdeka," tuturnya.
Hidayat mengatakan tantangan masyarakat sekarang sangat kompleks. Untuk itu, diharapkan berdakwah harus menggunakan cara-cara ilmiah. "Gunakan ilmu dakwah yang diperoleh dari kampus ini," katanya. (*)