TEMPO Interaktif, Jakarta:Produsen tepung terigu menyatakan tidak bisa melakukan ekspansi usaha karena terganjal hambatan tarif di luar negeri. Sebaliknya, Indonesia malah dibanjiri tepung terigu impor yang terindikasi dumping dari berbagai negara tanpa instrumen penghalang yang memadai."Sebetulnya kami juga ingin berkontribusi mengekspor dan mencetak devisa yang besar. Tapi tingginya tarif di negara-negara Asia dari 7-91 persen itu yang menghalangi ekspor," ujar Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia Ratna Sari Loppies kepada Tempo, Jumat (23/3). Dia menjelaskan, industri tepung terigu nasional tercatat sebagai industri yang bisa efisien dalam menekan biaya produksinya. Jika dibandingkan dengan pabrik-pabrik di luar negeri dengan biaya produksinya sekitar US$ 40 per ton, pabrik Indonesia hanya butuh ongkos produksi US$ 25 per ton. "Ini artinya ongkos produksi kami 60 persen lebih rendah dibanding negara lain," katanya. Hal ini juga ditambah dengan lokasi pabrik Indonesia yang kebanyakan dekat dengan pelabuhan, sehingga dapat menekan biaya transportasi.Dengan besarnya hambatan tarif ini, menurut Ratna, ekspor terigu tidak bisa tumbuh. Saat ini total ekspor terigu sekitar 14-15 ribu ton. Hal ini tidak seimbang dengan tingginya volume impor tepung terigu yang kini sudah mencapai 500 ribu ton per tahun.Tujuan ekspor tepung terigu dari Indonesia hanya ke Jepang. Itu pun untuk jenis tepung terigu premix atau campuran yang dikenakan bea masuk 18,8 persen. "Karena untuk jenis terigu polos, Jepang memproteksi industri dalam negerinya dengan pelarangan impor," jelas Ratna.RR ARIYANI
Berita terkait
Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Cara Pengajuannya
1 menit lalu
Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Cara Pengajuannya
Ketahui syarat gadai BPKB motor di Pegadaian agar proses pengajuan bisa diterima. Berikut ini cara pengajuannya yang perlu dipahami.