Kepala BPPN Desak Keluarga Wijaya Lepaskan Sahamnya di BII

Reporter

Editor

Kamis, 7 Agustus 2003 10:22 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Kepala Badan Penyehatan Perbankan (BPPN) yang baru saja dilantik, Syafruddin Temenggung, mendesak keluarga Wijaya untuk segera melepaskan kepemilikan sahamnya di Bank Internasional Indonesia Tbk. Namun dia tidak secara tegas menyebutkan batasan waktu pelepasan saham tersebut. “Sebelum right issue dilakukan, keluarga Wijaya harus out dari BII. Keputusan itu kan sudah dibuat oleh KKSK (Komite Kebijakan Sektor Keuangan) dan yang saya tahu, Pak Putu (I Putu Gde Ary Suta, Kepala BPPN lama) juga sudah kirimkan surat kepada keluarga Wijaya itu,” tegas Syafruddin kepada para wartawan dalam konfrensi pers, di Kantor BPPN, Jakarta, Selasa (23/4). Syafruddin mengaku, keluarga Wijaya pada prinsipnya sudah bersedia untuk melepaskan saham-sahamnya. Persoalannya, saat ini berapa harga yang akan ditetapkan untuk saham keluarga Wijaya tersebut. BPPN, kata Syafruddin, tidak akan bersedia membayar harga saham yang ditentukan keluarga Wijaya sebesar Rp 125 per saham. “Harga dipasaran itu antara Rp 25 – 30, kalau mereka minta diserahkan dengan kondisi harga Rp 125, maaf saja, enggak ada,” tegasnya. Karena itu, lanjut Syafruddin, sesuai dengan keputusan KKSK, BPPN hanya akan menilai harga saham keluarga Wijaya berdasarkan harga pasar. “Harga pasar itu juga kami awasi, tidak boleh ada orang naik-naikan harga. Jadi diawasi 60 hari kebelakang,” katanya. Sementara itu, Deputi Ketua BPPN Bidang Aset Manejemen Investasi (AMI) Dasa Sutantio mengatakan, valuasi aset-aset yang diserahkan keluarga Wijaya dalam rangka menyelesaikan kewajibannya kepada pemerintah telah selesai dilakukan. Namun nilai valuasi tersebut, kata Dasa, saat ini belum bisa diumumkan. Alasannya, masih memerlukan penelitian lebih lanjut dari BPPN, dan harus dibicarakan terlebih dahulu di forum KKSK. “Kalau bicara mengenai nilai itu kan sangat sensitif, tergantung pada kondisinya. Kondisi A, nilainya bisa A, kondisi B nilainya bisa B. Bisa mencukupi, bisa tidak mencukupi. Oleh karena itu mungkin saat ini kita belum bisa kami sampaikan. Namun kita harapkan dalam waktu dekat sudah bisa kami umumkan ke publik,” jelasnya. Menurut Syafruddin, penyelesaian valuasi aset-aset keluarga Wijaya memang harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan transparan. Alasannya, utang Sinar Mas sangat berkaitan erat dengan utang Asia Pulp and Paper Company Limited, (APP), yang juga milik keluarga Wijaya. Saat ini, APP mempuyai utang kepada para kreditor internasional sebesar US$ 13 miliar atau setara dengan Rp 130 triliun. “You tambahin sama yang ada di MSAA itu masih kurang. Kalau yang di MSAA ditambahin dengan di MRNIA dan APU itu baru sama dengan (utang) APP dan Sinar Mas Group,” kata Syafruddin menggambarkan betapa besar utang yang dimiliki keluarga Wijaya. (Dicki Subhan-Tempo News Room)

Berita terkait

Hujan Meteor dari Ekor Komet Halley, Mengenal Komet Halley

19 detik lalu

Hujan Meteor dari Ekor Komet Halley, Mengenal Komet Halley

Puncak hujan meteor adalah meteornya ini bersumber dari butir debu yang dilepaskan komet Halley

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

54 detik lalu

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

Presiden Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen di kuartal pertama tahun ini patut disyukuri.

Baca Selengkapnya

Universitas Columbia Batalkan Upacara Wisuda karena Protes Pro-Palestina

3 menit lalu

Universitas Columbia Batalkan Upacara Wisuda karena Protes Pro-Palestina

Universitas Columbia membatalkan upacara wisuda setelah unjuk rasa pro-Palestina mengguncang kampus tersebut selama hampir dua pekan.

Baca Selengkapnya

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Tiba di KPK, Jalani Pemeriksaan sebagai Tersangka Kasus Korupsi BPPD Sidoarjo

18 menit lalu

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Tiba di KPK, Jalani Pemeriksaan sebagai Tersangka Kasus Korupsi BPPD Sidoarjo

Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali alias Gus Muhdlor memenuhi panggilan pemeriksaan penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK.

Baca Selengkapnya

Google Maps Bakal Hadirkan Tampilan Baru, Edisi Awal Diujicoba untuk Pengguna Android

19 menit lalu

Google Maps Bakal Hadirkan Tampilan Baru, Edisi Awal Diujicoba untuk Pengguna Android

Google sedang mengembangkan desain antarmuka baru dari Google Maps. Masih diujicoba untuk pengguna Android.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

25 menit lalu

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

Kronologi Warga Bubarkan Mahasiswa Katolik saat Ibadah Doa Rosario di Tangsel

26 menit lalu

Kronologi Warga Bubarkan Mahasiswa Katolik saat Ibadah Doa Rosario di Tangsel

Acara pembacaan doa rosario oleh sekelompok mahasiswa Universitas Pamulang (UNPAM) dibubarkan paksa sejumlah warga di Tangsel

Baca Selengkapnya

Hasto PDIP Bilang Begini soal Peluang Duet Ahok-Anies di Pilgub DKI Jakarta

28 menit lalu

Hasto PDIP Bilang Begini soal Peluang Duet Ahok-Anies di Pilgub DKI Jakarta

Nama Ahok dan Anies digadang-gadang untuk maju di Pilgub DKI Jakarta. Apa kata Hasto PDIP?

Baca Selengkapnya

Tips Perawatan Lensa Kontak

33 menit lalu

Tips Perawatan Lensa Kontak

Lensa kontak menjadi salah satu pilihan alat bantu penglihatan yang kian populer di kalangan masyarakat. Ini tips perawatan lensa kontak.

Baca Selengkapnya

Tak Ingin Pikun Usia Muda? Lakukan Tips Berikut

34 menit lalu

Tak Ingin Pikun Usia Muda? Lakukan Tips Berikut

Gaya hidup membantu untuk mengurangi resiko pikun sampai demensia alzheimer.

Baca Selengkapnya