Indonesia Diminta Lebih Waspadai Cina ketimbang Amerika  

Reporter

Kamis, 15 Desember 2016 16:53 WIB

Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro (kedua kiri) saat bertanding melawan Grand Master Wanita (GMW) Indonesia Medina Warda Aulia pada pertandingan catur simultan di Kantor Kementerian PPN, Jakarta Pusat, 18 Agustus 2016. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan Indonesia perlu lebih waspada terhadap kondisi Cina dibanding Amerika. Pengaruh Cina terhadap kondisi ekonomi Indonesia lebih besar.

"Cina merupakan partner dagang utama Indonesia dan motor pertumbuhan ekonomi global," ucap Bambang di Ritz-Carlton, Jakarta, Kamis, 15 Desember 2016. Namun negara tersebut diproyeksi hanya tumbuh 0,3 persen, yaitu dari 6,3 persen pada 2016 menjadi 6,6 persen tahun depan.

Baca: Pertumbuhan Ekonomi Jateng 2017 Bisa Sampai 5,7 Persen

Untuk ukuran negara yang selama 20 tahun mengalami pertumbuhan di atas 10 persen, proyeksi tersebut sangat kecil. Namun Cina memang tengah menekan pertumbuhan ekonominya akibat investasi yang gencar. Akibatnya, utang swasta dan badan usaha milik negara membengkak.

Untuk meredam utang, Cina memutuskan menekan pertumbuhan ekonomi dengan mengurangi investasi. Cina beralih ke pengembangan sektor konsumsi yang berarti ada kesempatan untuk masuk pasar Cina.

"Tapi, kalau investasi mereka melambat, produk domestik bruto Indonesia bisa lambat juga," ujarnya. Bambang menuturkan pertumbuhan ekonomi bisa turun -0,72 persen di bawah baseline. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi 5,1-5,3 persen.

Baca:
The Fed Naikkan FFR, BI Akan Tahan Suku Bunga di 4,75 Persen

Dibanding Amerika, Bambang mengatakan dampaknya tidak akan sebesar itu. Amerika berisiko seusai pemilu presiden. Negara tersebut diproyeksi tumbuh 2 persen.

Bambang menuturkan risiko muncul karena keputusan Trump yang kontroversial. Trump berencana memotong pajak perusahaan dari 25 persen menjadi 15 persen. "Itu akan menjadikan Indonesia kurang bersaing," katanya.

Trump juga diprediksi akan lebih proteksionis di sektor perdagangan. Cina bisa kehilangan pasar jika hal tersebut terealisasi. Bambang khawatir Cina akan membidik Indonesia sebagai pasar besar baru dan mengancam produk dalam negeri.

Partai Republik yang kembali berkuasa setelah delapan tahun vakum pun memberi warna tersendiri. Republik dan Demokrat memiliki perbedaan prinsip. Partai penguasa berpihak kepada pengusaha, sementara Demokrat mendukung kesejahteraan negara.

"Jika semua itu terealisasi dan pertumbuhan ekonomi Amerika serta global tidak sebaik yang diperkirakan, PDB Indonesia akan terpengaruh secara negatif," ujarnya. Ekonomi Indonesia diperkirakan melambat 0,41 persen dari proyeksi pertumbuhan. Sebabnya, investasi di dalam negeri diprediksi menurun.

VINDRY FLORENTIN




Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

6 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

11 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

20 jam lalu

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

1 hari lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

3 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

5 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

6 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

10 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

10 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya