Inflasi Rendah Tak Selalu Berdampak Positif, Ini Alasannya

Reporter

Selasa, 25 Oktober 2016 05:00 WIB

kantor bank Indonesia. REUTERS/Iqro Rinaldi

TEMPO.CO, Jakarta - Kapasitas produksi perusahaan di Indonesia yang masih sekitar 76 persen menyebabkan inflasi yang rendah tahun ini tidak sepenuhnya positif bagi Indonesia.

Perry Warjiyo, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) mengatakan inflasi yang tetap terkendali, bahkan lebih rendah dari perkiraan, dikarenakan permintaan (demand) masyarakat domestik yang masih rendah walaupun sudah ada sinyal perbaikan.

Hal ini dikarenakan perbaikan permintaan itu didasarkan pada basis produksi (supply) yang lebih rendah dari kapasitas maksimalnya. Pasalnya, saat ini, kapasitas produksi dari perusahaan secara keseluruhan masih sekitar 76%.

“Kenaikan permintaan dalam negeri itu masih jauh dari produksi yang ada. Istilahnya kesenjangan output yang negatif itu memang masih besar. Sehingga dorongan dari sisi permintaan dari inflasi itu masih tetap lemah,” katanya.

BI, katanya, memproyeksi tingkat inflasi tahun ini berada di level 3,1% (year on year/yoy). Selain sangat dekat dengan batas bawah sasaran inflasi otoritas 4% ± 1%, angka ini jauh dari asumsi yang ada dalam APBNP 2016 sebesar 4%.

Selain itu, pihaknya berujar ada ekspektasi inflasi yang terjaga rendah. Indikator ini dinilai sebagai bagian dari kredibilitas kebijakan pemerintah dan BI. Namun demikian, memang ada faktor harga komoditas yang masih rendah kendati sudah ada perbaikan.

Tambahan apresiasi dari nilai tukar rupiah beberapa waktu terakhir, sambungnya, membuat variableimported inflation juga rendah. Pada September 2016, inflasi inti stabil di level 3,21% (yoy) dan indeks harga konsumen (IHK) secara keseluruhan tercatat 3,07% (yoy).

Perry berujar pengendalian harga pangan yang dilakukan antara BI dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga berhasil. Pada bulan lalu, kelompok volatile food tercatat mengalami deflasi sebesar 0,09% (month to month) yang bersumber dari koreksi harga beberapa komoditas pangan.

Rendahnya tingkat inflasi, lanjutnya, masih akan terjadi tahun depan. Pihaknya memproyeksi tingkat inflasi pada 2017 sekitar 3,5%, naik tipis dari proyeksi tahun ini. Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) memang akan menyulut inflasi, tetapi hanya tomporer.

Atas performa dan outlook tersebut, dia tidak menjelaskan sehat atau tidaknya tingkat inflasi. Namun, performa tersebut mendukung adanya stabilitas ekonomi nasional sehingga membuat Otoritas Moneter kembali melonggarkan kebijakannya dengan memangkas BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%.
BISNIS.COM

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

1 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

2 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

3 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

3 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

4 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

6 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

6 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya