Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perhubungan menargetkan studi kelayakan (feasibility study) proyek pembangunan kereta semicepat Jakarta-Surabaya selesai akhir tahun ini. Pemerintah juga menunggu proposal teknis yang akan diajukan pemerintah Jepang.
"Studi maksimal dua-tiga bulan. Bersamaan itu mungkin juga akan datang hasil feasibility dari Jepang," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa, 11 Oktober 2016.
Menurut Budi, pemerintah telah melayangkan surat resmi kepada Jepang untuk menggarap proyek kereta berkecepatan 180-200 kilometer per jam itu. Kendati demikian, Jepang tetap harus menyiapkan proposal spesifikasi kereta serta waktu dan teknis pelaksanaan.
"Kami sudah menyampaikan surat kepada Jepang. Kami lakukan sebagaimana mekanisme proyek government-to-government," ucap Budi.
Budi berujar, studi kelayakan proyek ini juga memperhitungkan jenis rel dan sistem perkeretaapian yang akan dibuat. Musababnya, kereta tersebut harus melintasi rute Jakarta-Surabaya sepanjang 801 kilometer. Di jalur tersebut, banyak terdapat perlintasan sebidang.
"Di proposal itu akan menyatakan, apakah memakai rel yang ada tapi menghilangkan lintasan sebidang atau mengganti kereta api dengan sistem lain," tutur Budi.
Budi yakin, jika pelaksanaan tepat waktu, megaproyek ini akan selesai maksimal 2020. "Tiga-empat tahun lagi."
Pekan lalu, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan Menteri Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata Jepang Keiichi Ishii dan Perdana Menteri Shinzo Abe.
Luhut mengatakan jalur kereta semicepat akan berupa rel ganda, yang memungkinkan dimanfaatkan membantu operasi angkutan peti kemas dry port Jakarta-Semarang-Surabaya. Dia berharap, jika Jepang mengerjakan proyek ini, negara itu bisa melakukan alih teknologi kepada Indonesia dan mematuhi peraturan di Indonesia yang memprioritaskan penggunaan produk dalam negeri.