Sri Mulyani: Negara Berkembang Hadapi 'Badai yang Sempurna'  

Reporter

Selasa, 26 Juli 2016 17:14 WIB

World Bank Group Managing Director, Sri Mulyani Indrawati, menemui media saat acara pembukaan konferensi Indonesia Green Infrastructur Summit 2015 di Jakarta, 9 Juni 2015. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO, Jakarta-World Bank Managing Director and Chief Operating Officer Sri Mulyani Indrawati menyoroti gejolak perekonomian global yang menjadi tantangan negara berkembang, khususnya Indonesia. Menurut dia gejolak ekonomi global menjadi fokus utama lembaganya untuk mengentaskan kemiskinan ekstrem di negara-negara berkembang.

Sri menceritakan pengalamannya ketika bertemu dan membahas masalah pembangunan di negara-negara anggota World Bank. Ketika itu Bank Dunia mengevaluasi opsi-opsi kebijakan dalam konteks politik di negara berkembang.

Sri ingin Indonesia dapat bersaing di kawasan regional maupun global. "Kami mengkhawatirkan mengenai rapuhnya pertumbuhan ekonomi dunia yang sering disertai gejolak," ujar Sri saat memberikan kuliah umum di Auditorium Djoko Soetono, Fakultas Hukum Universitas Indonesia Depok, Selasa, 26 Juli 2016.

Pada Juni lalu, kata dia, World Bank telah merevisi proyeksi pertumbuhan dunia ke 2,4 persen atau turun dari proyeksi Januari yang sebesar 2,9 persen. Menurut Sri, melambatnya pertumbuhan ekonomi Cina serta perubahan struktur ekonominya sangat berpengaruh terhadap kondisi perekonomian dunia.

Dia mencontohkan, pelemahan ekspor ke Cina juga turut melemahkan ekonomi negara-negara berkembang. "Argentina memiliki 35 persen ekspor ke Cina, Indonesia 11 persen ekspor ke Cina," kata dia.

Hal serupa dialami negara-negara di Amerika Latin, Afrika, Asia Tengah, serta Asia Tenggara. Sri berujar negara-negara berkembang yang selama dua dekade terakhir menjadi mesin pertumbuhan dunia, saat ini menghadapi tantangan berat. "Ibarat badai yang datang bersamaan secara sempurna atau perfect storm," ucapnya.

Sri menjelaskan perfect storm yang dimaksud adalah melemahnya perekonomian dan perdagangan dunia, perlambatan dan perubahan struktural eknomi Cina, rendahnya harga-harga komoditas, menurunnya aliran modal ke negara berkembang, meluasnya konflik dan serangan terorisme, serta perubahan iklim global. "Negara-negara pengekspor komoditas, dengan jutaan penduduk miskin, mengalami pukulan paling keras," kata dia.

Sebanyak 40 persen revisi penurunan ekonomi dunia berasal dari kelompok negara-negara tersebut. Kondisi itu, menurut dia, memerlukan kerjasama yang semakin erat dan kuat serta koordinasi kebijakan antarnegara. Kerjasama ini diharapkan dapat membangun kembali kepercayaan dan menghilangkan halangan perdagangan serta investasi untuk menunjang produktivitas dan memulihkan pertumbuhan ekonomi.

GHOIDA RAHMAH

Berita terkait

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

4 jam lalu

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

Kementerian Keuangan mencatat di tengah gejolak ekonomi global perekonomian Indonesia tetap tumbuh dan mendorong peningkatan lapangan pekerjaan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Siapkan Paket Pensiun Dini PLTU untuk Jadi Percontohan Transisi Energi

8 jam lalu

Sri Mulyani Siapkan Paket Pensiun Dini PLTU untuk Jadi Percontohan Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut Indonesia sedang memfinalisasi paket pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap batu bara atau PLTU

Baca Selengkapnya

Nama Sri Mulyani Masuk Bursa Bakal Calon Gubernur Jakarta dari PDIP

8 jam lalu

Nama Sri Mulyani Masuk Bursa Bakal Calon Gubernur Jakarta dari PDIP

Gilbert Simanjuntak, mengatakan nama Sri Mulyani masuk bursa bacagub bersama Menteri Sosial Tri Rismaharini, dan mantan Panglima TNI Andika Perkasa.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

1 hari lalu

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

Sri Mulyani Indrawati dan Presiden ADB Masatsugu Asakawa membahas lebih lanjut program Mekanisme Transisi Energi (ETM) ADB untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

2 hari lalu

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dampak kenaikan BI Rate ke level 6,25 persen terhadap APBN, terutama penerimaan pajak.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

3 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

3 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

3 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

5 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

5 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya