Asiknya Ikut Komunitas Kolektor Uang Kuno di Yogyakarta

Reporter

Kamis, 26 November 2015 15:40 WIB

Uang kuno yang dijual di salah satu stand pada Festival Bandoeng Baheula di Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, (6/4). TEMPO/Aditya Herlambang Putra

TEMPO.CO, Jakarta - Sejalan dengan semakin berkembangnya media sosial dan aktivitas blogging, perkembangan komunitas pecinta uang kuno pun makin marak di Indonesia. Penyebaran aktivitasnya juga tidak hanya terpusat di kota-kota besar, tapi juga telah sampai ke berbagai pelosok.

Dulunya, komunitas numismatis hanya terpusat di Surabaya, Jakarta, dan Bandung. Namun aktivitas para kolektor uang kuno saat ini telah merambah hingga ke daerah-daerah, bahkan sampai ke tingkat kabupaten.

Komunitasnya pun beragam dan tidak hanya didominasi perkumpulan besar, seperti Asosiasi Numanistis Indonesia (ANI) atau Club Oeang Revolusi (Core). Banyak juga komunitas yang berbasis pada tempat langganan berkumpulnya para pecinta uang kuno.

Salah satunya adalah komunitas uang kuno di Pasar Klithikan Pakuncen Yogyakarta yang bernama Numismatik Jogjakarta. Salah satu kolektor senior yang aktif dan merupakan pendiri komunitas tersebut adalah Wisnu Murti.

Menurutnya, perkembangan komunitas penghobi uang kuno di Kota Gudeg semakin pesat dalam setengah dekade terakhir. Bahkan, anggotanya telah mencapai ribuan orang. Mereka pun kerap difasilitasi PT Pos Indonesia (Persero) untuk menghelat berbagai acara.

Berikut penjelasan Wisnu Murti:

Bagaimana perkembangan komunitas numismatis di daerah?

Di Jogja komunitas kami terbentuk sekitar 5 tahun yang lalu. Pada saat itu komunitas kolektor uang kuno masih belum begitu banyak. Lalu, kami merasa perlu membuat komunitas besar karena Jogja ini kota yang ideal untuk mewadahi pecinta uang kuno.

Kebetulan perkumpulan numismatis di Jogja juga yang paling banyak, karena ditinjau dari faktor sejarah, Jogja pernah menjadi Ibu Kota negara. Selain itu, percetakan uang pertama kali ada di Jogja.

Koleksi uang kuno di Jogja juga sangat banyak karena memang karakter masyarakat di sini senang menyimpan barang termasuk yang sudah lama. Barang-barang yang disimpan itu kemudian ditemukan oleh anak cucu mereka, lalu mulai dijual.

Termasuk di antaranya adalah uang-uang lama. Orang Jogja pada zaman dulu kurang percaya pada bank, dan lebih memilih menyimpan uang di bawah bantal. Itulah sebabnya koleksi uang kuno di kota ini jauh lebih banyak dan bervariasi dibandingkan daerah lain.

Apa yang mendorong dibentuknya komunitas penghobi uang kuno ini?

Kami lebih tertarik pada faktor sejarahnya. Uang adalah bukti sejarah. Setiap uang dicetak, selalu ada sejarah yang mengikuti. Baik itu uang pada masa kolonial Belanda, Jepang, masa revolusi, maupun pemerintahan darurat, dan seterusnya. Banyak peristiwa sejarah yang terkait dengan uang.

Di mana saja basis komunitasnya?

Nama komunitas kami adalah Numismatik Jogjakarta. Pusatnya di Pasar Klithikan.

Kebetulan, dulunya banyak sekali orang dari luar kota yang datang ke Jogja untuk mencari uang lama. Saya dan teman-teman lantas berpikir bagaimana kalau kami membuat komunitas saja.

Teman-teman menampung semua pedagang di Pasar Klithikan, dan mengatakan kalau ada uang lama, kami yang beli. Otomatis, semua orang yang tertarik menjual uang kuno atau membeli uang kuno pasti akan terpusat ke sana.

Kolektor dari luar kota pun kalau datang ke Jogja, datangnya pasti ke tempat saya, karena pusatnya memang di Klithikan. Tidak ada yang lain.

Berapa anggotanya?

Anggotanya sampai sekarang ada ribuan orang. Mulai dari yang aktif dan sering kumpul, sampai yang tidak proaktif karena kesibukan masing-masing. Anggotanya berasal dari berbagai daerah.

Mereka senang berkumpul di Jogja karena kota ini memang sekaligus menjadi tempat tujuan wisatawan. Kalau anggota yang aktif sih ada ratusan.

Bagaimana karakteristik kolektor/komunitas uang kuno saat ini dibandingkan dulu?

Kalau dulu, kebanyakan komunitasnya tidak saling mengenal. Banyak yang sibuk sendiri-sendiri dan sekadar mengumpulkan uang sendiri.

Nah, karena sekarang sudah ada wadah untuk kaum numismatis, mereka jadi sering berkumpul dan jadi saling mengenal akrab. Otomatis, anggotanya pun menjadi semakin banyak.

Apa saja kegiatan komunitas ini?

Biasanya kalau bertemu, kami suka saling bertukar koleksi.

Di luar itu, setiap tahun kami juga mengadakan pameran rutin. Kami difasilitasi oleh PT Pos Indonesia (Persero) untuk mengadakan pameran rutin sebanyak lima kali dalam setahun, dalam skala nasional.

Jadi pamerannya tidak hanya di Jogja saja. Kami baru selesai mengadakan pameran di Surabaya. Nanti kami akan mengadakan di Jakarta dan Bandung. Lalu Februari 2016 kami juga akan mengadakan di Semarang, dan Juli di Jogja.

Apa manfaat bergabung dalam komunitas ketimbang mengoleksi sendiri?

Kalau bergabung dalam komunitas, kita jadi lebih cepat belajar karena pertukaran informasinya lebih terbuka, mendalam, dan cepat.

Bergabung dalam komunitas juga bisa menjadi investasi tersendiri bagi para kolektor. Sebab, harga jual sebuah uang kuno, setiap bulan selalu mengalami kenaikan. Uang kuno pun menjadi barang berharga yang prestisius.

Apa tantangan mengoleksi uang kuno?

Tantangannya, karena Indonesia ini adalah wilayah tropis, jadi harus pintar-pintar merawat uang. Kelembapan yang tinggi membuat uang kertas cepat rusak. Jadi harus dimasukkan ke dalam album dan dijaga baik-baik kelembapannya.

Tantangan lainnya adalah semakin banyaknya kolektor dari Eropa yang ikut-ikutan berburu uang kuno Indonesia karena merasa memiliki kaitan sejarah dengan Indonesia pada masa lalu.

Mereka banyak yang memburu uang kuno keluaran 1933-1939. Itu yang menyebabkan harga sebagian seri uang kuno menjadi tidak masuk akal. Satu lembar uang keluaran 1933 bisa dijual sampai Rp 1 miliar.

Apalagi, di Eropa mereka bikin museum uang kuno Indonesia sendiri dan menggunakan uang asli. Jadi mereka berani bayar mahal.

Masalahnya, kolektor Indonesia kalau menemukan barang bagus yang harganya di atas Rp 2 juta pasti akan langsung menghubungi koleganya untuk mendapatkan akses ke luar negeri dan dijual barangnya.

Sebenarnya, kami berharap banyak pada pemerintah untuk mengatasi hal itu karena banyak uang kuno Indonesia yang langka dan harus dilestarikan. Sejauh ini belum ada regulasi yang melarang uang dari seri atau periode tertentu untuk keluar dari wilayah NKRI.

Kami dari komunitas sebenarnya sudah ada upaya untuk melestarikan uang kuno. Jangan sampai uang-uang bersejarah ke luar negeri semua. Harapan kami, museum-museum yang ada di Indonesia ini mau membeli atau mengamankan uang yang sudah benar-benar langka.

Daripada dibeli kolektor asing, kami lebih berharap kalau dibeli oleh museum lokal.

Bagaimana tren jual beli uang kuno saat ini? Apa ada yang sedang banyak dicari?

Saya rasa semuanya pasti dicari, karena ada item tertentu yang dicetak sangat terbatas atau beredarnya hanya sedikit.

Jangan salah, uang-uang kuno yang salah cetak atau salah potong itu juga banyak dicari. Harganya jauh lebih mahal ketimbang uang dalam kondisi baik.

Padahal, menurut aturan Bank Indonesia, uang yang salah cetak atau salah potong harus dikembalikan ke Bank Sentral dan tidak boleh beredar apalagi diperjualbelikan.

Namun terkadang oleh para kolektor, uang yang salah cetak atau salah potong malah banyak dicari karena harganya mahal. Sebetulnya itu menyalahi aturan BI, sih. Tapi justru karena kelangkaannya itulah kolektor malah menyukainya.

BISNIS.COM

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

9 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

3 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

3 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya