Rupiah Menguat, BI Disarankan Kencangkan Intervensi  

Reporter

Selasa, 6 Oktober 2015 15:05 WIB

Uang pecahan dolar AS yang akan ditukar di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, 2 Februari 2015. Mata uang rupiah ditutup turun 0,11 persen di level Rp. 12.686 per dolar AS setelah sempat ditransaksikan di atas Rp. 12.700 per dolar AS. ANTARA FOTO/Wahyu Putro

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, menyarankan agar Bank Indonesia mengencangkan operasi moneter melalui intervensi pasar agar rupiah terus menguat sebelum rapat bank sentral Amerika Serikat (The Fed) berlangsung.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus menguat pada hari ini. Hari ini rupiah bahkan menembus level 14.200. “Mumpung sedang menguat, tingkatkan intervensi sampai rupiah ke level 14 ribu supaya aman,” ujar Lana saat dijumpai, Selasa, 6 Oktober 2015.

The Fed bakal menggelar rapat pada Oktober ini. Perkiraan terburuk, jika bank sentral Amerika Serikat itu jadi menaikkan suku bunga acuannya, hal itu akan berdampak terhadap penguatan mata uang Negeri Abang Sam tersebut. Penguatan dolar ini, kata Lana, dipastikan akan membuat rupiah melemah. Tanpa adanya intervensi bank sentral, rupiah dikhawatirkan bisa menembus level 15 ribu. (Lihat video BJ Habibie: Masyarakat Tak Peduli Dolar Naik)

Soal penguatan rupiah yang terjadi sejak kemarin, Lana memaparkan bahwa memang ada kontribusi dari global, seperti data ketenegakerjaan Amerika Serikat, yang baru saja dipublikasikan. Data tersebut menyebutkan penyerapan tenaga kerja hanya bertambah 142 ribu orang atau jauh di bawah target 201 ribu orang. Demikian juga data tentang angka pengangguran tetapnya yang masih tinggi, yakni 5,1 persen. “Dengan data ini, ada harapan The Fed akan menunda kenaikan suku bunganya. Spekulasi ini yang menguatkan rupiah,” ujarnya.

Selain itu, Lana menambahkan, ada faktor regional, seperti dari Cina dan Jepang. Bank Dunia mengkoreksi pertumbuhan ekonomi Cina dari 7,1 ke 6,9 persen untuk tahun ini dan Jepang pun mulai mengeluarkan stimulus karena data pertumbuhannya yang melambat. Dari sisi investor, inilah yang membuat mereka berharap stimulus-stimulus dicairkan oleh negara-negara tersebut.

Namun penguatan dolar yang signifikan ini, menurut Lana, juga tidak bisa dilepas dari faktor internal. Meski penyebabnya masih ditelusuri, kemungkinan paling besar adalah adanya penjualan dolar secara besar-besaran oleh bank-bank atau BUMN besar. “Belum tahu siapa, tapi tampaknya ada bank-bank BUMN atau BUMN, seperti Pertamina, yang gelontorkan dolar, karena ini naiknya signifikan,” ujarnya.

GUSTIDHA BUDIARTIE

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

3 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

3 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya