Layar elektronik Indeks Harga Saham Gabungan, Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 16 Januari 2015. ANTARA/Puspa Perwitasari
TEMPO.CO, Jakarta - Tekanan koreksi teknikal menyebabkan reli penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) berakhir dalam perdagangan akhir pekan. IHSG, yang memang cenderung bergerak di zona negatif selama perdagangan, anjlok 47,7 poin (1,11 persen) di level 4.207,80.
Saham-saham yang dinilai sudah terlalu mahal menjadi saham yang paling dominan dijual investor. Saham BBRI turun 0,6 persen menjadi Rp 8.675 per lembar saham, BMRI anjlok 3,8 persen ke level Rp 7.675 per lembar saham, sedangkan ASII merosot 2,8 persen menjadi Rp 5.125 per lembar saham.
Analis Waterfront Securities, Oktavianus Marbun, mengatakan laju penguatan indeks selama tiga hari perdagangan terakhir yang tidak disertai kemunculan sentimen fundamental menyebabkan IHSG rentan koreksi teknikal. Kuatnya motif untuk merealisasi keuntungan (profit taking) mendorong investor praktis cenderung mengambil posisi jual. “Pergerakan teknikal yang mengoreksi indeks,” katanya.
Menurut Oktavianus, koreksi indeks juga terkait dengan ekspektasi data pertumbuhan tenaga kerja Amerika Serikat (non-farm payrolls) yang dirilis Kamis malam. Payrolls yang diperkirakan tumbuh sebesar 201 ribu orang menguatkan spekulasi suku bunga Amerika Serikat (Fed’s Rate) bakal dinaikkan pada tahun ini.
Senada dengan hal itu, analis Reliance Securities, Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah, juga berpendapat koreksi indeks sebagai antisipasi investor terhadap data payrolls. Data penting untuk menentukan arah kebijakan Fed’s Rate tersebut membuat investor merasa lebih aman mengurangi kepemilikan portofolio saham.
Secara teknikal, menurut Lanjar, IHSG memang tengah berada pada area jenuh beli (over bold). Tak ayal, pada awal pekan, indeks pun akan cenderung bergerak mixed pada level 4.175-4.270. “IHSG memang masih cenderung terkonsolidasi, terus menguji support di bawah level 4.200.”
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.