Rupiah Terpuruk, Industri Tekstil Terjerembab

Reporter

Editor

Grace gandhi

Selasa, 25 Agustus 2015 08:05 WIB

Pedagang kain pusat tekstil Blok A, Pasar Tanah Abang. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah menyentuh 14 ribu per dolar Amerika Serikat pada Senin, 24 Agustus 2015. Lunglainya nilai rupiah ini semakin memberatkan pelaku usaha di dalam negeri, khususnya industri tekstil.

"Rupiah menyentuh Rp 14 ribu per dolar AS membuat industri tentu makin berat," kata Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat, Senin, 24 Agustus 2015.

Ade menjelaskan bahan baku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) saat ini masih harus diimpor. Proporsinya bahkan mencapai 80 persen. Sebab, serat kapas tidak bisa tumbuh secara ekonomis di negara tropis. Kecuali untuk serat sintetis yang bisa tercukupi dari dalam negeri.

Kondisi tersebut, menurut Ade, membuat pelemahan rupiah berdampak negatif bagi industri tekstil karena harus membeli bahan baku dengan dolar AS. Sementara menjual produknya di dalam negeri dengan rupiah. Tapi sepanjang pasarnya berorientasi ekspor, pada level berapa pun kurs rupiah menyentuh, tidak jadi masalah.

"Yang akan bermasalah dipastikan hanya bagi perusahaan yang pasarnya berorientasi di dalam negeri saja," kata Ade.

Bagiperusahaan tekstil yang berorientasi pasar dalam negeri, menurut Ade, pilihan yang dimiliki sangat sempit, yaitu menutup pabrik atau terus mengurangi jam kerja. "Sampai saat ini sudah ada beberapa pabrik yang tutup, yang berakibat pada PHK (pemutusan hubungan kerja) lebih dari 36 ribu tenaga kerja," kata Ade.

Kepala Badan Penelitian Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian Haris Munandar juga mengakui pelemahan nilai tukar rupiah telah memberatkan industri yang masih harus mengimpor bahan baku.

"70 persen dari bahan baku dan bahan penolong industri masih diimpor. Tentu pelemahan kurs ini berdampak pada pelemahan produksi," kata Haris.

Dalam kondisi seperti ini, menurut Haris, salah satu yang diupayakan pemerintah adalah dengan mempercepat belanja pemerintah. Belanja pemerintah akan mendorong konsumsi rumah tangga dan menggerakan sektor industri. Upaya lainnya ialah dengan mendorong belanja badan usaha milik negara serta kementerian dan lembaga untuk menggunakan produk dalam negeri.

Untuk meringankan beban industri akibat pelemahan rupiah, Kementerian Perindustrian juga berharap ada moratorium kenaikan upah minimum provinsi (UMP).

"Kami mempunyai ide agar ada moratorium kenaikan UMP. Kenaikan UMP diperhitungkan di belakang saat situasi sudah pulih," kata Haris.

Haris berharap adanya moratorium kenaikan UMP bisa sedikit menolong pelaku industri. Namun, dia mengakui ide ini balum dikomunikasikan dengan kementerian terkait, misalnya Kementerian Tenaga Kerja.

AMIRULLAH






Berita terkait

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

2 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

7 hari lalu

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

Unilever Indonesia mengaku tak terlalu terdampak dengan pelemahan rupiah karena mayoritas bahan baku mereka berasal dari dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

7 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

8 hari lalu

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

Yusuf Wibisono menilai bukan putusan MK yang memberi pengaruh terhadap nilai tukar rupiah, melainkan konflik geopolitik dan kebijakan The Fed.

Baca Selengkapnya

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

8 hari lalu

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

Kendati terjadi pelemahan rupiah, Airlangga mengklaim rupiah masih lebih baik dibanding mata uang lain. IHSG juga diklaim lebih baik dari negara lain.

Baca Selengkapnya

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

9 hari lalu

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai pelemahan rupiah bukan hanya karena konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

9 hari lalu

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

Konflik Timur Tengah ini dikhawatirkan akan bereskalasi menjadi perang yang lebih besar. Nilai tukar rupiah semakin melemah.

Baca Selengkapnya

Istana Tegaskan Presiden Jokowi Terus Dorong Penguatan KPK

1 Desember 2023

Istana Tegaskan Presiden Jokowi Terus Dorong Penguatan KPK

Ari Dwipayana menyebut semua pihak termasuk Presiden Jokowi berharap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjalankan fungsinya dengan baik.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Sebut Pelemahan Rupiah Bisa Untungkan Eksportir

27 Oktober 2023

Wamenkeu Sebut Pelemahan Rupiah Bisa Untungkan Eksportir

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika bisa menguntungkan para eksportir.

Baca Selengkapnya

Agenda Jokowi Reshuffle Gelombang Kedua

26 Oktober 2023

Agenda Jokowi Reshuffle Gelombang Kedua

Presiden Jokowi dikabarkan kembali akan reshuffle kabinet pada pekan depan. Siapa saja yang bakal diganti?

Baca Selengkapnya