Cadangan Devisa untuk Impor Cukup Sampai 6 Bulan ke Depan

Reporter

Jumat, 10 Juli 2015 23:47 WIB

Agus D.W. Martowardojo. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia menyatakan cadangan devisa Indonesia saat ini masih dapat memenuhi enam bulan impor. Cadangan devisa pada akhir Juni 2015 berada di angka US$ 108 miliar atau 13% terhadap produk domestik bruto (PDB).


Gubernur Bank Indonesia Agus D.W Martowardojo mengatakan bank sentral akan selalu menjaga cadangan devisa dalam jumlah yang memadai. Saat ini jumlah cadangan devisa masih memenuhi untuk enam bulan impor.


"Kita ini kan sekarang cadangan devisanya masih bisa memenuhi enam bulan impor plus memenuhi kewajiban. Kita selalu akan menjaga cadangan devisa kita dalam jumlah yang memadai," ujarnya di Jakarta.


Bank sentral, lanjutnya, akan selalu berada di pasar untuk melakukan intervensi karena nilai tukar rupiah mencerminkan fundamental ekonomi.


"Dengan kondisi sekarang, meskipun ada hasil referendum bahwa tidak disetujui over dari kreditur, itu suatu peristiwa yng besar. Tapi dampak ke nilai tukar kita tidak besar. Artinya, pasar menerima," katanya.


Advertising
Advertising

Dia menambahkan kondisi inflasi sudah mulai terkendali serta transaksi berjalan sudah menunjukkan kondisi yang lebih baik dengan angka 2,5% dari PDB.


"Sebelumnya transaksi berjalan bisa di atas 4% dari GDP (PDB), sekarang 2,5% dan itu juga terlihat dari surat utang yang dikeluarkan pemerintah, kita lihat peminatnya masih banyak," ucap Agus.


Sementara itu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menuturkan posisi cadangan devisa senilai US$108 miliar tersebut didorong peningkatan pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri Pemerintah dan pembayaran deviden ke luar negeri yang memang besar.


"Namanya bulan Juni adalah bulan dimana permintaan valas untuk bayar utang, dividen ke luar negeri memang besar. Kedua ya memang tekanan di pasar keuangan juga belum reda sedangkan eksportir biasanya dalam kondisi tekanan malah tidak jual dolarnya, malah hold dolarnya," tuturnya.


Bank Indonesia, tambahnya, juga hadir di pasar obligasi, bukan untuk mengendalikan yield (imbal hasil) obligasi surat berharga negara (SBN) tetapi jika ada investor yang keluar dari SBN pasti membeli dolar, sehingga Bank Indonesia juga hadir di pasar obligasi.


Selama dua pekan terakhir, investor asing sudah masuk ke pasar SBN sehingga terjadi aliran modal masuk (inflow). "Hal itu menyebabkan penguatan rupiah terhadap dolar AS yang sempat menguat menyentuh level Rp13.295. Penguatan itu disebabkan ada investor masuk ke pasar SBN," kata Mirza.


Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

13 jam lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

1 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

1 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

2 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

2 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

4 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

5 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

6 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya