Bandara Kulon Progo Dibangun, Produksi Pertanian Turun  

Reporter

Senin, 6 Juli 2015 20:04 WIB

Sejumlah petani memasukkan bom asap berisi racun tikus ke dalam lubang tikus saat mengikuti tangkap tikus massal di persawahan kelurahan Sidoluhur, kecamatan Godean, kabupaten Sleman, Yogyakarta, Minggu (28/7). TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Produksi komoditas pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta menurun akibat alih fungsi lahan pertanian. Satu di antara penyebabnya adalah adanya pembangunan mega proyek calon bandar udara baru di Kabupaten Kulon Progo.

Data Badan Pusat Statistik DIY menunjukkan penurunan produksi itu terjadi pada komoditas padi di sawah, padi di ladang, dan jagung. Produksi padi sawah di DIY tahun 2015 diprediksi sebesar 712.330 ton gabah kering giling. Sedangkan, produksi padi tahun 2014 sebesar 719.194 ton. Dengan begitu terjadi penurunan sebesar 6.864 ton atau 0,95 persen.

“Penurunan produksi tahun 2015 diperkirakan karena penurunan luas panen,” kata Kepala BPS DIY,Bambang Kristianto, Senin, 6 Juli 2015.

Luas panen tahun 2015 diprediksi turun menjadi 111.426 hektare. Sedangkan tahun 2014 luas panen sebesar 115.667 hektare. Dengan begitu terjadi penurunan seluas 4.241 hektare atau 3,67 persen. Angka ini mengacu pada data angka tetap tahun 2014 dan angka ramalan I tahun 2015. Angka ramalan itu adalah hasil realisasi produksi lahan pada Januari-April tahun 2015 ditambah dengan prediksi pada Mei-Desember tahun 2015.

Sedangkan, produksi padi di ladang tahun 2015 sebanyak 196.84 ton gabah kering giling . Angka itu diperkirakan menurun sebesar 3.545 ton atau 1,77 persen dari produksi padi di ladang tahun 2014 sebesar 200.379 ton. Luas panen padi di ladang turun 448 hektare atau 1,04 persen ketimbang 2014. Yakni 42.788 hektare pada 2015.

Bambang mencontohkan luas panen padi di ladang Kabupaten Kulon Progo menurun hingga 0,76 persen atau menjadi 448 hektare bila dibandingkan dengan tahun 2014. “Menurun karena dipakai untuk mega proyek,” kata Bambang. Sedangkan di Kabupaten Bantul produksi komoditas pertanian menurun karena perbaikan saluran irigasi dan pergeseran pola ladang.

Kepala Bulog Divisi Regional Daerah Istimewa Yogyakarta, Langgeng Wisnu Adinugroho, menyatakan pada tahun 2014, Bulog DIY hanya mampu menyerap beras hasil panen petani Yogyakarta sebanyak 32 ribu ton. Padahal, kata Langgeng kebutuhan beras pada 2014 adalah 51 ribu ton. “Sebanyak 19 ribu ton dari 51 ribu itu Bulog datangkan dari luar Yogyakarta, di antaranya Jawa Timur dan Jawa Tengah,” kata Langgeng. Beras kualitas medium yang Bulog beli dari petani disimpan di gudang yang berada di Sleman, Gunung Kidul, Bantul, dan Kulon Progo.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

Program Electrifying Agriculture PLN, Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian

1 hari lalu

Program Electrifying Agriculture PLN, Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian

Program Electrifying Agriculture (EA) dari PT PLN (Persero), terus memberikan dampak positif bagi pertanian di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

5 hari lalu

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar

Baca Selengkapnya

Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

8 hari lalu

Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

Pengamat Pertanian Khudori meragukan sistem usaha tani dari Cina yang akan diterapkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

9 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

9 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

9 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

9 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

9 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

9 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

9 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya