Petugas Pos melihat poster poster perangko baru bergambarkan Presiden RI Pertama Soekarno dan Pemimpin Korea Utara Kim Ill Sung yang diterbitkan pos Indonesia, Jakarta, 22 April 2014. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata Dadang Rizki Ratman menuturkan perangko tidak hanya sebagai media promosi dan diplomasi ketika digunakan untuk berkirim surat. Perangko juga dapat menjadi koleksi yang pada akhirnya dapat menjadi investasi.
“Tiga fungsi perangko, sebagai media promosi, sarana diplomasi, dan koleksi,” tuturnya saat peluncuran perangko PRISMA Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung, Selasa, 20 Mei 2015.
Manajer Filateli Tata Sugiarta mengatakan saat ini perangko Indonesia termahal senilai Rp 20 miliar. Ini merupakan perangko pertama yang dicetak pada 1864, saat era Hindia Belanda.
Perangko kuno ini memiliki nilai jual tinggi di secondary market karena sangat langka. “Pemiliknya orang Singapura,” ucapnya.
Selain itu, perangko nominal Rp 50 ribu yang dicetak dalam rangka 150 tahun terbitnya perangko Indonesia kini sudah habis terjual di PT Pos Indonesia. PT Pos Indonesia hanya mencetak 40.000 keping. “Dan saat ini di penjualan Filatelis sudah sampai Rp 500 ribu,” ujarnya.
Tema perangko yang semakin menarik akan berdampak pada nilai yang semakin bagus. Namun, menurut Tata, tidak semua perangko dengan usianya lebih tua memiliki harga yang lebih mahal.
Tata mencontohkan, perangko Presiden Indonesia pertama Sukarno yang dicetak 12 juta keping kalah bersaing dengan perangko Presiden Indonesia ketiga B.J. Habibie yang dicetak 30 ribu keping. “Karena dicetaknya terbatas,” katanya.
<!--more-->
PERANGKO PRISMA
Perangko PRISMA KEK Tanjung Lesung diluncurkan Selasa saing, 19 Mei 2015. Peluncuran perangko ini diharapkan mampu mendongkrak industri pariwisata Indonesia.
Perangko PRISMA KEK Tanjung Lesung hadir dengan nominal Rp 3.000 yang dicetak sebanyak seribu set. Setiap set terdiri atas delapan gambar Tanjung Lesung yang berbeda. Perangko ini akan didistribusikan ke seluruh Indonesia.
Direktur Utama PT BWJ Hyanto Wihadhi mengatakan prangko sebagai alat wisata dapat membantu mencapai target kunjungan wisatawan asing sebanyak 25 juta pada 2019. Ide serupa telah diterapkan di beberapa negara di Eropa.
Dia berharap, dalam waktu dekat, Indonesia dapat menjadikan prangko sebagai alat wisata. Setelah menerbitkan seribu lembar dengan nominal Rp 3.000, dia mengaku akan kembali mengeluarkan prangko edisi KEK Tanjung Lesung secara berseri. Prangko akan menampilkan fasilitas yang berbeda di KEK Tanjung Lesung.