Ekonomi Melambat, Pengangguran Naik 0,11 Persen

Reporter

Kamis, 7 Mei 2015 21:18 WIB

Sejumlah calon tenaga kerja antri untuk mengambil formulir data diri pada Bursa Kerja Makassar 2015 di Kampus Universitas Hasanuddin, Makassar, Rabu 21 Januari 2015. Bursa kerja yang diikuti puluhan perusahaan nasional dan multinasional tersebut berlangung hingga 22 Januari untuk menekan jumlah pengangguran baru. TEMPO/Fahmi Ali

TEMPO.CO, Jakarta - Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan perlambatan pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun 2015 menyebabkan naiknya angka pengangguran.


Kenaikan angka pengangguran itu sudah ditunjukkan dari rilis Badan Pusat Statistik di mana tingkat pengangguran terbuka mencapai 5,81 persen pada Februari 2015.
"Karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya terjadi di sektor yang tak bernilai tambah dan menyerap banyak tenaga kerja," kata Enny saat dihubungi, Kamis, 7 Mei 2015.

Pada Selasa lalu, BPS merilis tingkat pengangguran terbuka Indonesia pada Februari 2015 mencapai 5,81 persen karena angkatan kerja pada Februari 2015 sebanyak 128,3 juta sementara yang bekerja cuma 120,8 juta orang. Tingkat pengangguran terbuka itu naik 0,11 persen dibanding Februari 2014 di mana penduduk yang bekerja mencapai 118,1 juta orang sementara angkatan kerjanya cuma 125,3 juta orang.

Menurut Enny, sektor informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, jasa perusahaan, dan sektor jasa lainnya yang tumbuh di atas 5 persen pada kuartal I 2015 merupakan sektor yang sedikit menyerap tenaga kerja. Sementara sektor yang banyak menyerap tenaga kerja seperti industri pengolahan hanya tumbuh sebesar 3,87 persen.

"Kondisi ini akan berpengaruh terhadap konsumsi masyarakat. Askes pekerjaan terbatas, daya beli turun, akhirnya menimbulkan defisit neraca perdagangan," kata Enny.

Untuk menekan makin tingginya angka pengangguran, kata Enny, pemerintah harus fokus menumbuhkan industri riil yang memproduksi barang. Kalau pun tak bisa memenuhi target sebagai produsen barang ekspor, minimal untuk memasok kebutuhan dalam negeri agar keperluan masyarakat tak tergantung impor.

Pada Selasa lalu, BPS merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun 2015 sebesar 4,71 persen. Pertumbuhan itu melambat 0,43 persen dibanding pertumbuhan pada kuartal pertama tahun lalu.

KHAIRUL ANAM


Berita terkait

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

5 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

6 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

37 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

37 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

38 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

38 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

38 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya

Dampak Perang Gaza, Angka Pengangguran di Palestina di Atas 50 Persen

39 hari lalu

Dampak Perang Gaza, Angka Pengangguran di Palestina di Atas 50 Persen

ILO memperkirakan jika perang Gaza masih berlanjut sampai akhir Maret 2024, maka angka pengangguran bisa tembus 57 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

51 hari lalu

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengungkapkan kriteria ideal Menkeu seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia di masa mendatang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

52 hari lalu

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

Ekonom senior UI Faisal Basri menentang rencana penggunaan dana BOS untuk program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya