Pemerintah: BI Rate Masih Terlalu Tinggi  

Selasa, 24 Februari 2015 18:15 WIB

Menko Perekonomian Sofyan Djalil saat konfrensi pers di Kantor Kepresidenan, Jakarta, 9 Januari 2015. Sofyan yang mendampingi Jokowi dalam pertemuan dengan delegasi CEO Chevron menyatakan keinginan Chevron berinvestasi infrastruktur migas. Saat ini produksi minyak Chevron di Indonesia, 300 ribu barel/hari. Tempo/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menilai suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 7,5 persen saat ini masih cukup tinggi. “Memang ada harapan bisa turunkan interest rate karena masih cukup tinggi," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil, di Istana Kepresidenan, Selasa, 25 Februari 2015.

Sebelumnya, menurut Sofyan, Presiden Joko Widodo juga telah mendapat laporan mengenai kondisi perbankan yang baik. Sayangnya, secara umum suku bunga acuan bank sentral itu dinilai masih terlalu tinggi.

Sofyan menuturkan, BI Rate saat ini menjadi refleksi dari kondisi perekonomian tanah air. Jika inflasi bisa ditekan, maka ada ruang bagi Bank Indonesia untuk menyesuaikan suku bunga acuan.

Kendati demikian, pemerintah tak bisa ikut campur dalam penentuan suku bunga acuan perbankan karena kewenangannya mutlak di Bank Indonesia. Namun, pemerintah bisa membantu menciptakan situasi kondusif dengan memastikan pasokan bahan makanan mencukupi, biaya logistik tak tinggi, dan infrastruktur yang memadai.

Dalam kunjungannya ke kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal tadi pagi, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyinggung soal bunga kredit bank di Tanah Air yang masih cukup tinggi. Akibatnya, biaya investasi di dalam negeri terkerek naik sehingga menyulitkan pengusaha untuk menanamkan modal.

Saat ini suku bunga kredit di Indonesia berkisar di level 10-13 persen, bahkan untuk beberapa kredit mikro dan konsumsi, bunganya lebih dari 15 persen. Karena itu, pemerintah setuju dengan langkah Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga acuan menjadi 7,5 persen. ''Kami ingin dan mendorong bank-bank agar ikut menurunkan bunga kreditnya,'' ujar Kalla.

AYU PRIMA SANDI

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

6 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

2 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

2 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya