TEMPO.CO, Jakarta - Minimnya katalis positif dari dalam maupun luar negeri membuat nilai tukar rupiah kembali melemah. Dalam transaksi di pasar uang, Senin, 19 Januari 2015, rupiah turun 28 poin (0,28 persen) ke level 12.618 per dolar.
Rupiah melemah seiring dengan penguatan dolar terhadap sebagian besar mata uang dunia. Quantitative Analyst PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Reny Eka Putri, mengatakan situasi ekonomi global dan kondisi moneter di Eropa mendorong pelaku pasar untuk terus mengoleksi aset paling aman. "Dolar pun akan terus menguat," kata Reny. (Baca: Waspadai Global, BI Patok Rupiah Rp 12.800 per Dolar.)
Menurut Reny, revisi angka pertumbuhan ekonomi global menimbulkan kekhawatiran bahwa ekonomi di Eropa, Cina, dan negara berkembang masih terus terkontraksi. Apalagi data produk domestik bruto Cina diperkirakan terus melemah, yang menunjukkan ekspor dari negara tersebut melambat.
Dari sisi moneter, kata Reny, kebijakan bank sentral Swiss mempertahankan batas nilai tukar di level 1,2 terhadap euro menimbulkan ketidakpastian pasar. Akibatnya, investor kembali berbondong-bondong membeli dolar. Menurut Reny, rencana bank sentral Eropa mengeluarkan stimulus moneter berpeluang mendorong kenaikan dolar. Sebab, likuiditas yang besar akan menekan nilai tukar euro. (Baca juga: Tertekan Regional, IHSG Bergerak Fluktuatif.)
"Apalagi dana-dana segar dari Eropa itu kemungkinan besar akan diparkir dulu ke aset Treasury AS, menyusul rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika (The Fed) pada kuartal II 2015," ujar Reny.
Dari dalam negeri, Reny memperkirakan kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM bersubsidi, elpiji, dan semen akan berdampak positif bagi penurunan laju inflasi. Namun kebijakan subsidi tetap yang tergantung perkembangan global juga menyisakan risiko tersendiri. Ada kemungkinan harga-harga komoditas nanti bisa berubah lagi sesuai dengan mekanisme pasar. Hari ini, Selasa, 20 Januari 2015, rupiah akan berada di kisaran 12.550-12.672 per dolar AS. "Dengan kecenderungan melanjutkan pelemahan," kata Reny.
M. AZHAR
Berita Terpopuler
Cara Menlu Retno Tangkis Kemarahan Belanda-Brasil
Gadis Indo Jelita Si Pemulung Sampah
Dua Indikasi Presiden Jokowi Dipengaruhi Megawati
Berita terkait
Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah
12 jam lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
Baca SelengkapnyaBos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya
14 jam lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaInflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya
20 jam lalu
BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.
Baca SelengkapnyaEkonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat
2 hari lalu
Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.
Baca SelengkapnyaMeski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit
3 hari lalu
PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaBRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay
4 hari lalu
Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.
Baca SelengkapnyaSuku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti
4 hari lalu
BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaNilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD
4 hari lalu
Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.
Baca SelengkapnyaKenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit
5 hari lalu
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.
Baca SelengkapnyaBI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit
5 hari lalu
BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
Baca Selengkapnya