Sejumlah penumpang pesawat Citilink saat melakukan check in sebelum mengikuti penerbangan perdana, di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur (10/1). TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO,Jakarta - Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan tarif penerbangan yang diberlakukan maskapai bertarif rendah atau low cost carrier (LCC) tidak masuk akal. Ia membandingkan tiket pesawat LCC rute Jakarta-Bali dengan tiket kereta eksekutif yang tak berbeda jauh.
"Tiket kereta api kelas eksekutif tidak dikasih makan juga. Jakarta-Surabaya harga Rp 350-450 ribu untuk 9,5 jam. Kalau ada pesawat Jakarta-Denpasar harganya Rp 300-400 ribu, apa itu masuk akal?" kata Jonan di Istana Negara, Kamis, 8 Januari 2015. (Baca : Jonan: Dirjen Perhubungan Udara Bubarkan Saja)
Jika tarif murah tersebut terus diberlakukan, Jonan mengatakan, maskapai akan merugi karena terus menalangi biaya operasional. "Logis saja, apa ada orang yang mau nombok terus? Tapi menurut saya tidak sehat industrinya," ucap Jonan. (Baca : Tragedi Air Asia Tak Pengaruhi Aturan Tarif Murah)
Jonan mengatakan tidak logis jika sebuah penerbangan dengan pesawat jenis Boeing 737 mengenakan biaya kepada penumpang sebesar Rp 300-400 ribu per orang. Secara regulasi, Jonan mengatakan, undang-undang tidak mengatur low cost carrier. "Tidak ada LCC itu, kita tidak mengatur," katanya.
Secara perhitungan ekonomi, biaya perawatan pesawat semestinya membengkak karena nilai tukar dolar atas rupiah terus menguat akhir-kahir ini. Jika maskapai LCC terus memberlakukan tarif murah, perusahaan akan terus merugi. "Biaya operasinya banyak menggunakan mata uang asing. Kalau tidak disesuaikan, kan pelayanannya jadi turun," ujar Jonan.
Pemerintah, menurut Jonan, harus membuat industri penerbangan tetap sehat, bukan hanya murah. "Kalau murah, banyak yang tidak dilaksanakan. Kalau menyangkut keselamatan bagaimana?" katanya.