Antrian BBM di SPBU daerah Kebayoran, Jakarta, Senin 17 November 2014. Pemerintah berencana menaikkan BBM jenis Premium dalam waktu dekat.TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua II Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) M. Ismeth meminta pemerintah menghitung kembali dampak penyetopan Premium atau Ron 88. Bila kebijakan penghentian Premium jadi dilakukan, dia memprediksi pompa bensin asing akan merajai bisnis ini.
Menurut Ismeth, pencabutan Premium akan menyebabkan liberalisasi pasar. Pompa bensin asing akan semakin menjamur. Selama ini, kata Ismeth, kebijakan pemerintah menghilangkan Premium telah ditunggu pompa bensin asing. (Baca: Premium Dihentikan, Menteri Energi Tanya Rini)
"Mereka sudah menyiapkan tangki kapasitas penyimpanan. Begitu ada (wacana) pencabutan Ron88, mereka mulai kelihatan menggeliat. Ini momen yang diharapkan mereka," kata Ismeth dalam diskusi di Jakarta, Sabtu, 27 Desember 2014. (Baca: Premium Distop, Apa Dampaknya bagi Mobil Mewah?)
Ismeth meminta pemerintah melindungi bisnis pompa bensin lokal. "Tolong dipikirkan margin dan proteksi usaha teman-teman. Negara wajib melindungi usaha masyarakat," katanya.
Tim Reformasi Tata Kelola Migas mengusulkan penghapusan bahan bakar Premium dan mengalihkan subsidinya pada bahan bakar jenis Pertamax. Meski Pertamax bakal disubsidi, kata Ismeth, hal ini juga tak mudah. Sebab, "Tak semua mobil memakai Ron 92, seperti mobil-mobil tua."
Inginkan Power Wheeling Tetap Dipertahankan di RUU EBT, Anggota DPR: Ada Jalan Tengah dengan Pemerintah
6 Februari 2023
Inginkan Power Wheeling Tetap Dipertahankan di RUU EBT, Anggota DPR: Ada Jalan Tengah dengan Pemerintah
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno menginginkan skema power wheeling tetap dimasukkan dalam Rancangan Undang-Undang Enerbi Baru dan Terbarukan atau RUU EBT.