Dolar Amerika Sedang Pulang Kampung, Rupiah ...

Reporter

Selasa, 16 Desember 2014 17:28 WIB

TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan salah satu penyebab pelemahan rupiah adalah menguatnya perekonomian Amerika Serikat. Ekspektasi perbaikan ekonomi Amerika yang lebih cepat dari perkiraan, kata dia, membuat investor menarik dananya di negara berkembang dan menanamkannya di Amerika. (Baca: Bila Rupiah Jeblok Rp 16 Ribu per US$, Ini Kata BI)

"Ibaratnya, dolar Amerika pulang kampung," kata Bambang di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa, 16 Desember 2014. Menurut Bambang, "mudik"-nya dolar Amerika ini sangat berpengaruh karena, sebelumnya, negara-negara berkembang dianggap sebagai tempat yang paling prospektif, "Saat ekonomi Amerika melemah."

Faktor lain yang menyebabkan rupiah melemah adalah merosotnya mata uang Rusia, rubel, terhadap dolar. Bambang mengatakan kondisi ini menyebabkan Rusia menaikkan suku bunga acuan hingga 650 basis point dari 10,5 ke 17 persen. "Implikasinya, investor pasti akan berpikir untuk memindahkan portofolio ke Rusia," ucapnya. (Baca: Rupiah Masuk Lima Besar Mata Uang Tak Dihargai)

Depresiasi rupiah terhadap dolar kini menjadi sorotan. Awal pekan ini, situs The Richest menyatakan rupiah termasuk dalam lima alat tukar yang paling rendah nilainya di dunia. Indonesia masuk ke dalam urutan keempat mata uang dengan nilai tukar yang paling rendah terhadap dolar AS. Nilai rupiah lebih buruk bila dibandingkan leone, mata uang Sierra Leone, dengan kurs 4.363 per dolar AS. Adapun riel, mata uang Kamboja, kursnya setara dengan 4.058 per dolar AS.

Analis dari PT Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir, mengatakan penguatan dolar di pasar global dan lonjakan permintaan korporasi dalam negeri memicu pelemahan rupiah. "Rupiah kini mendekati level terendah dalam enam tahun terakhir."

TRI ARTINING PUTRI | DEVY ERNIS

Berita Terpopuler:
Begini Akhir Teror Penyanderaan di Australia
Rini Soemarno Mau Jual Gedung BUMN ke Ahok
Dua Sandera Tewas, Korban Teror di Australia

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

8 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

3 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

3 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya