Lawan Dolar, Indonesia Unggul Ketimbang Malaysia

Reporter

Selasa, 16 Desember 2014 17:14 WIB

REUTERS/Kacper Pempel

TEMPO.CO, Jakarta - Kurs mata uang negara-negara Asia terhadap dolar Amerika Serikat mengalami penurunan dalam beberapa pekan terakhir. Banyak faktor yang menyebabkan penurunan mata uang Asia, dua di antaranya adalah penurunan harga minyak dunia dan spekulasi sebelum bank sentral Amerika (The Fed) menaikkan suku bunga acuan di awal tahun.

Di antara mata uang negara-negara utama di Asia, rupiah, yen Jepang, dan ringgit Malaysia mengalami penurunan paling tajam atau di atas 2 persen. Namun depresiasi rupiah ternyata masih lebih "lumayan" dibandingkan yen dan ringgit. (Baca: Bila Rupiah Jeblok Rp 16 Ribu per US$, Ini Kata BI.)

Dalam sebulan terakhir, penurunan rupiah di pasar spot mencapai 3,6 persen, sedangkan yen dan ringgit turun masing-masing 8,3 persen dan 4,1 persen. Setahun terakhir, rupiah turun 5,6 persen. Sementara yen dan ringgit merosot 13 dan 8,3 persen. (Baca: Pelemahan Rupiah Lebih Parah dari 2008.)

Namun Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati, mengatakan depresiasi rupiah bisa lebih buruk lantaran tingkat ekspor Indonesia terhadap impor masih lebih rendah dibandingkan negara lain di Asia. Selain itu, utang luar negeri Indonesia relatif lebih tinggi. "Karena itu, jika dilihat secara tahunan depresiasi rupiah bisa lebih buruk ketimbang mata uang lain," kata Enny kepada Tempo, Selasa 16 Desember 2014.

Menurut Enny, pelemahan rupiah saat ini terjadi karena faktor musiman yakni meningkatnya permintaan dolar. Akhir tahun, kata dia, menjadi waktu pembayaran cicilan hutang luar negeri yang jatuh tempo sehingga permintaan dolar naik. Selain itu, waktu ini juga merupakan masa pembayaran dividen pada perusahaan modal asing dalam bentuk dolar.

Berikut ini perbandingan depresiasi beberapa mata uang di Asia.

Depresiasi bulanan

Rupiah : 3,6 persen
Ringgit : 4,1 persen
Baht : 0,51 persen
Yen : 8,3 persen
Won : 4,9 persen
Renmimbi yuan : 0,81 persen

Depresiasi tahunan

Rupiah : 5,6 persen
Ringgit : 8,3 persen
Baht : 1,9 persen
Yen : 13 persen
Won : 3,1 persen
Renmimbi yuan : 1,9 persen

FERY FIRMANSYAH | ROBBY IRFANI

Berita Terpopuler
Begini Akhir Teror Penyanderaan di Australia
Rini Soemarno Mau Jual Gedung BUMN ke Ahok
Dua Sandera Tewas, Korban Teror di Australia





Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

13 jam lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

1 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

2 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

2 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

2 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

2 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

2 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

2 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

2 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

3 hari lalu

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

Unilever Indonesia mengaku tak terlalu terdampak dengan pelemahan rupiah karena mayoritas bahan baku mereka berasal dari dalam negeri.

Baca Selengkapnya