TEMPO.CO,Jakarta - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 7,5 persen untuk menjaga momentum ekonomi.
Ekonom PT Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan pertimbangan dipertahankannya BI Rate adalah inflasi yang relatif masih terjaga. "Angka inflasi Oktober mulai mengalami kenaikan, tapi masih di batas aman, yaitu 4,83 persen year-on-year, atau masih di bawah target Bank Indonesia."
Rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sudah direspons dengan mulai naiknya ekspektasi inflasi. Rencana pemerintah ini belum jelas kapan dilakukan kendati beberapa pernyataan resmi Wakil Presiden dan Menteri Keuangan sudah menegaskan bahwa harga BBM bersubsidi naik sebelum 1 Januari 2015.
Menurut Lana, setiap kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 1.000 per liter akan memicu tambahan inflasi sekitar 1,05 persen. Ada kemungkinan pemerintah akan menaikkan harga BBM bersibsidi Rp 2.000-3.000 per liter. Artinya, ada potensi tambahan inflasi 2,3-3,5 persen.
Bila harga BBM bersubsidi naik menjelang akhir tahun, dampak lonjakan inflasi akan langsung terasa pada awal 2015. "Bank sentral tampaknya akan menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin pasca-pengumuman kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut," ujar Lana.
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
2 hari lalu
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.