Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menutup perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Jumat (11/4). Ia mengklaim berkat kedatangannya, indeks harga saham gabungan meningkat 1,7 persen. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Pelantikan presiden terpilih Joko Widodo pada Senin, 20 Oktober 2014, diperkirakan tak akan berimbas terhadap pasar saham. Menurut analis Indosurya, William Surya, pelantikan presiden dan wakil presiden baru Joko Widodo-Jusuf Kalla tak mempengaruhi pergerakan pasar saham. Alasannya, pelantikan itu bukanlah suatu peristiwa tiba-tiba yang mengejutkan.
"Pelantikan itu, kan, sudah terjadwal. Jadi bukan sesuatu yang baru di kalangan investor," katanya saat dihubungi Tempo, Jumat, 17 Oktober 2014. (Baca: Minim Sentimen, Indeks Saham Diprediksi Menguat)
Menurut dia, efek yang mungkin akan terjadi adalah kenaikan indeks secara terbatas. Hal ini bisa terjadi sebagai respons euforia sesaat atas dilantiknya presiden baru. (Baca: Rupiah Melemah, Jokowi Kritik DPR)
Kenaikan indeks, kata William, diperkirakan terjadi selama 30 hari pertama pemerintahan Jokowi-JK. Investor menyimpan harapan terhadap pemerintahan yang lebih baik sehingga mendongkrak indeks harga saham.
Selain itu, investor berharap ada kenaikan berkelanjutan saat Jokowi-JK mengumumkan kabinet dan program kerja mereka. "Setidaknya, investor mengharapkan ketegasan dalam pengambilan keputusan-keputusan," ujarnya.
Ihwal pengumuman kabinet Jokowi-JK, dia berharap tak ada lagi penundaan. William mengatakan seringnya penundaan dalam membuat keputusan akhir-akhir ini membuat investor lelah dengan kinerja pemerintah. "Seharusnya ada gebrakan nyata yang diberikan Jokowi-JK dalam 30 hari pemerintahannya untuk meyakinkan berbagai pihak," katanya.