Kapal Roro yang akan bersandar di pemabuhan untuk mangangkut para pemudik dan kendaraan pribadinya di Pelabuhan Merak, Banten (24/07). Para pemudik membutuhkan waktu 5 jam untuk naik kapal ferry di pelabuhan penyeberangan Merak menuju Bakauheni. TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO , Jakarta: Asosiasi Logistik Indonesia meminta agar kenaikan tarif penyeberangan lintas antarprovinsi dibarengi dengan penambahan armada kapal. Alasannya, yang menjadi kendala bagi pelaku usaha logistik selama ini adalah waktu antrean yang panjang.
"Kami tidak masalah tarif naik, tapi sebenarnya yang penting itu memangkas antrean," kata Ketua Umum Asosiasi, Zaldy Ilham Masita saat dihubungi pada Sabtu, 13 September 2014.
Menurut Zaldy, biaya tarif penyeberangan selama ini tidak berdampak terlalu besar dalam biaya logistik. Justru, lama waktu menunggu yang bisa menambah biaya transportasi hingga 10 persen per hari. "Kalau kami tidak masalah tarif lebih mahal, tapi waktu tunggu maksimum 2 jam saja," ujarnya.
Salah satu caranya, menurut dia, adalah dengan menambah jumlah armada kapal di setiap pelabuhan penyeberangan. Tak hanya itu, pemerintah diminta mempertimbangkan memperbesar ukuran kapal fery dan ro-ro yang digunakan untuk menyeberang.
Zaldi mengatakan, pemisahan pelabuhan juga menjadi salah satu solusi untuk memangkas waktu tunggu di pelabuhan. Selama ini, operasionalisasi pelabuhan melayani kapal barang dan kapal penumpang sehingga petugas pelabuhan mengutamakan kapal penumpang.
Direktur Usaha Pelabuhan PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Indonesia Ferry, Prasetyo B.Utomo, mengatakan tarif baru yang akan dibebankan ke konsumen sudah ditandatangani. Tarif baru tersebut telah diteken pada Kamis, 11 September lalu dan mulai diberlakukan di delapan pelabuhan pada Senin 15 September 2014 pukul 00.00