Soal BBM, Jokowi dan SBY Jangan Saling Mengorbankan

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Jumat, 22 Agustus 2014 16:12 WIB

BBM bersubsidi. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi Said Didu mengatakan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi harus dinaikkan saat ini juga. Agar tak terkesan saling mengorbankan, keputusan ini seharusnya menjadi keputusan bersama antara pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dan presiden terpilih Joko Widodo. (Baca: Jokowi Tetap Akan Hapus Subsidi Solar)

Tahun ini, menurut Said, seharusnya harga BBM bersubsidi bisa dinaikkan setidaknya sekitar Rp 8.000 per liter. "Kenaikan sebesar itu mampu menghemat anggaran sebsar Rp 40 triliun," kata Said saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Jumat, 22 Agustus 2014. Kenaikan harga juga harus dilakukan tahun depan. "Bisa dinaikkan Rp 1.000 secara bertahap, tapi pembatasan juga harus diperketat."

Pemerintah harus menaikkan harga BBM bersubsidi terlebih dahulu sebelum melakukan pembatasan. Dia menilai selisih antara Premium dan Pertamax saat ini, yakni sekitar Rp 6 ribu per liter, terlalu besar. Idealnya, agar masyarakat memilih Pertamax, selisih maksimal di antara dua jenis bensin tersebut adalah 30 persen. (Baca: Pencitraan, Jokowi-JK Tak Berani Hapus Subsidi BBM)

Dia mengatakan kebijakan subsidi BBM yang dilakukan pemerintah saat ini tak tepat sasaran. Bahkan, jika dihitung, mobil di Jakarta yang menggunakan bahan bakar Premium akan menerima subsidi 20 liter per hari atau jika diuangkan mencapai Rp 120 ribu. Artinya, jika ditotal, tiap satu mobil yang menggunakan Premium di Jakarta bisa mendapat subsidi Rp 6 juta tiap bulan. Padahal 50 persen penerima subsidi BBM berada di Jakarta. (Baca: Kuota BBM Bersubsidi 2015 Ditambah 2 Juta Kiloliter)

Untuk mengkompensasi kenaikan harga BBM tersebut, Said menuturkan, pemerintah bisa saja menaikkan subsidi untuk angkutan umum dan angkutan bahan pokok. "Kalau perlu, digratiskan, karena yang paling penting, kan, angkutan umum dan beras."

Dia menilai Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara 2015 tak memberikan ruang fiskal apa pun bagi presiden terpilih, termasuk dalam soal subsidi BBM. Menurut dia, kebijakan pemerintah saat ini hanya terfokus pada usul anggaran belanja tanpa memberikan solusi untuk meningkatkan pendapatan. (Baca juga: Tekan Subsidi BBM, Chairul Tanjung Usul Tiga Opsi)

FAIZ NASHRILLAH

Topik terhangat:
ISIS | Pemerasan TKI | Sengketa Pilpres | Pembatasan BBM Subsidi

Berita terpopuler lainnya:
MK Tolak Seluruh Gugatan Prabowo
SBY Merasa Dituduh Merecoki Jokowi
Jokowi dan JK Mulai Silang Pendapat Soal Kabinet
Usai Sidang MK, Adik Prabowo Mantu

Berita terkait

Ramai-ramai Ingatkan Prabowo soal Ini Jika Ingin Tambah Kementerian

12 menit lalu

Ramai-ramai Ingatkan Prabowo soal Ini Jika Ingin Tambah Kementerian

Rencana Prabowo menambah jumlah kementerian dari 34 menjadi 40 menuai respons dari sejumlah kalangan. Mereka ingatkan Prabowo soal ini.

Baca Selengkapnya

Apa Kata Presiden Jokowi dan Gibran soal Presidential Club yang Ingin Dibentuk Prabowo?

24 menit lalu

Apa Kata Presiden Jokowi dan Gibran soal Presidential Club yang Ingin Dibentuk Prabowo?

Presiden Jokowi dan putra sulungnya yang juga Wakil Presiden terpilih, Gibran Rakabuming Raka, menyambut baik pembentukan presidential club.

Baca Selengkapnya

Kabinet Prabowo: antara Orang Toxic dan Nomenklatur 40 Menteri

1 jam lalu

Kabinet Prabowo: antara Orang Toxic dan Nomenklatur 40 Menteri

Prabowo Subianto aktif membuka komunikasi dengan partai-partai yang sebelumnya berseberangan dalam Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Penambahan Menteri di Kabinet Prabowo, Orang Toxic, hingga Parpol Baru

1 jam lalu

Jokowi soal Penambahan Menteri di Kabinet Prabowo, Orang Toxic, hingga Parpol Baru

Apa kata Jokowi mengenai wacana penambahan menteri di Kabinet Prabowo hingga partai baru setelah tidak dianggap PDIP.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

1 jam lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Tanggapan Jokowi Atas Fenomena Pabrik Tutup, Cerita Pengguna Starlink hingga Viral Pajak Rp9 Juta

2 jam lalu

Terpopuler Bisnis: Tanggapan Jokowi Atas Fenomena Pabrik Tutup, Cerita Pengguna Starlink hingga Viral Pajak Rp9 Juta

Presiden Joko Widodo atau Jokowi memaklumi usaha selalu ada kondisi naik turun.

Baca Selengkapnya

Ma'ruf Amin Sebut Prabowo Perlu Berupaya Lebih Keras Bikin Presidential Club

11 jam lalu

Ma'ruf Amin Sebut Prabowo Perlu Berupaya Lebih Keras Bikin Presidential Club

Wapres mengatakan presidential club ini bisa dalam bentuk konsultasi baik secara personal maupun informal, jika sulit diformalkan

Baca Selengkapnya

Jerry Sambuaga Dorong IEU-CEPA Selesai sebelum Jokowi Lengser dari Jabatan Presiden

11 jam lalu

Jerry Sambuaga Dorong IEU-CEPA Selesai sebelum Jokowi Lengser dari Jabatan Presiden

Jerry Sambuaga mengatakan baik Jerman maupun Indonesia memegang posisi penting di regional masing-masing.

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan PPDS: Pendidikan Dokter Spesial Gratis, Dapat Gaji Lagi

11 jam lalu

Jokowi Resmikan PPDS: Pendidikan Dokter Spesial Gratis, Dapat Gaji Lagi

Kementerian Kesehatan membuka Program Pendidikan Dokter Spesialis atau PPDS berbasis rumah sakit pendidikan gratis.

Baca Selengkapnya

Terkini: Viral Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta Ini Tanggapan Bea Cukai, Kata Jokowi soal Pabrik Sepatu Bata yang Tutup

13 jam lalu

Terkini: Viral Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta Ini Tanggapan Bea Cukai, Kata Jokowi soal Pabrik Sepatu Bata yang Tutup

Bea Cukai menanggapi unggahan video Tiktok yang mengaku mengirim cokelat dari luar negeri senilai Rp 1 juta dan dikenakan bea masuk Rp 9 juta.

Baca Selengkapnya