Menkeu M. Chatib Basri (kanan) berbincang dengan Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana. Tempo/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta: Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Armida Salsiah Alisjahbana mengatakan perubahan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015 yang disampaikan pemerintah beberapa waktu lalu sangat terbuka dalam pembahasan di parlemen. "Prinsipnya bisa," ujarnya saat ditemui di kantornya, Rabu petang, 20 Agustus 2014.
Menurut Armida, masuknya program presiden terpilih melalui fraksi partai pendukungnya di tingkat parlemen sangat dimungkinkan. Pembahasannya pun diprediksi meliputi program yang telah dicanangkan presiden terpilih sesuai visi-misinya. "Itu tentu dalam mekanisme pembahasan ada diskusi jadi keputusan juga didukung fraksi," kata dia. (Baca: RAPBN 2015 Beri Peluang untuk Pemerintahan Baru)
Dalam pembahasan yang diagendakan mulai besok, kata Armida, semua fraksi berupaya memasukkan programnya. Sedangkan masuknya program melalui jalur pemerintah sulit dilakukan sebelum putusan Mahkamah Konstitusi keluar. "Posisi pemerintah tentu menunggu keputusan MK, nanti Pak Presiden mengundang, dari hasil pertemuan itu nanti bagaimana," kata dia.
Armida mengakui hingga kini pertemuan formal dengan Tim Transisi presiden terpilih belum pernah dilakukan, meskipun ia tidak menampik jika ada pertemuan nonformal Tim Transisi presiden terpilih dengan sejumlah pejabat. "Ya pastinya, komunikasi formal enggak ada," ujarnya. (Baca: Optimalkan APBN, Jokowi Akan Terapkan E-Budgeting)
Dengan posisi RAPBN 2015 yang masih dalam bentuk baseline, kata dia, pemerintahan mendatang masih memiliki ruang terbuka memasukkan semua programnya dalam APBN 2015 sampai diputuskan Oktober mendatang. "Prinsipnya ikut mekanisme dan tata tertib DPR saja," kata dia.
Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah
1 hari lalu
Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah
Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.