Supir dan kernet Metromini memberhentikan kopaja yang beroperasi saat melintas di depan Balaikota Jakarta, (29/8). TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Organisasi Angkutan Darat DKI Jakarta Syafruhan Sinungan menyebutkan jumlah bus angkutan umum yang menggunakan solar bersubsidi tinggal sekitar 6.900 unit. Angka itu merupakan total dari bus sedang dan besar yang beroperasi di DKI Jakarta.
"Sebagian besar merupakan bus sedang, jumlahnya 5.600 unit. Semuanya pakai solar bersubsidi," kata Syafruhan saat dihubungi, Selasa, 5 Agustus 2014. (Baca: Dibatasi, Jero Wacik Bantah BBM Langka)
Menurut Syafruhan, dari semua bus sedang itu, Metro Mini masih mendominasi dengan jumlah 3.000 armada. Disusul bus Koperasi Angkutan Jakarta (Kopaja) sebanyak 1.500 unit, Koperasi Pengemudi Mikro Bus Jakarta Raya (Kopami), dan Koperasi Karyawan Bis Antarkota (Kowanbisata) masing-masing 200-an unit.
Syafruhan memastikan seluruh bus angkutan kota di Jakarta selama ini mengkonsumsi solar bersubsidi. Jika solar bersubsidi dihilangkan di wilayah Jakarta Pusat, operator bus diperkirakan akan mengalami pembengkakan biaya operasi hingga 65 persen. "Dampaknya, bakal ada kenaikan tarif sampai dua kali lipat. Padahal tarif itu diatur pemerintah. Ini kan menyusahkan," katanya. (Baca: 8 SPBU Jember Batasi Pembelian Solar)
Seperti diketahui, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) menghapus penjualan solar dan biosolar bersubsidi di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di wilayah Jakarta Pusat per 1 Agustus 2014. Kebijakan itu dimaksudkan untuk menekan konsumsi solar bersubsidi agar tak melebihi kuota BBM bersubsidi di APBN-P 2014. Harga solar bersubsidi sebesar Rp 5.500 per liter, sementara yang nonsubsidi mencapai Rp 12.800 per liter. (Baca: Solar Dibatasi, Separuh Kopaja Tak Beroperasi)