Kinerja Perusahaan Tergerus Utang Luar Negeri  

Reporter

Jumat, 18 Juli 2014 06:40 WIB

Ilustrasi mata uang dollar. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta: Utang sejumlah perusahaan swasta bakal membengkak akibat melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS. Ekonom dari Bank central Asia, David Sumual, mengatakan membengkaknya utang akan menyebabkan pendapatan perusahaan tergerus. "Pendapatan perusahaan bisa tinggi tapi pembayaran bayar utangnya yang besar dengan dolar," ujar dia ketika dihubungi Tempo, Kamis, 17 Juli 2014.

Menurut dia, banyak perusahaan yang meminjam uang ketika kurs rupiah pada kisaran di bawah 10 ribu per dolar AS. Namun dengan kurs saat ini yang hampir menyentuh 12.000 per dolar, membuat kinerja perusahaan akan terbebani sehingga membuat laba perusahaan tergerus. Ini antara lain disebabkan tak banyak perusahaan yang melakukan lindung nilai atau hedging. (Baca: Utang Luar Negeri Naik, BI Dorong Hedging)

Saat ditemui di kesempatan berbeda, Kepala Departemen Statistik Bank Indonesia Hendy Sulistiowati mengatakan utang luar negeri Indonesia pada Mei 2014 naik US$ 7,1 miliar dibandingkan bulan sebelumnya, menjadi US$ 283,7 miliar. Pada April 2014, utang luar negeri tercatat sebesar US$ 276,6 miliar. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, utang luar negeri tumbuh 9,7 persen.

Dari jumlah tersebut, kata Hendy, utang swasta adalah sebesar US$ 151,5 miliar, naik dibandingkan April sebesar US$ 145,6 miliar. Utang publik juga melonjak menjadi US$ 132,2 miliar, dibandingkan April sebesar US$ 131 miliar. "Publik maupun swasta sama-sama bertanggung jawab atas kenaikan utang," kata Hendy. (Baca: Rupiah Tembus 12 Ribu per Dolar AS, Apa Sebabnya?)

Kenaikan utang swasta ini, menurut Hendy, cukup besar. Peningkatan utang luar negeri antara lain untuk utang jangka panjang 10,1 persen. Adapun jangka pendek tercatat naik 8,3 persen di Mei. Utang jangka pendek, antara lain digunakan untuk membiayai impor minyak.

Berdasarkan jenis jangka waktu utang tercatat utang jangka panjang sebesar US$ 234 miliar, dengan pembagian utang jangka panjang pemerintah sebesar US$ 125 miliar dan utang jangka panjang swasta sebesar US$ 109 miliar. Ia mengatakan utang luar negeri swasta pada Mei didorong oleh peningkatan pertumbuhan utang luar negeri sektor industri keuangan, listrik, gas, dan air bersih.

HERMAWAN SETYANTO | MAYA NAWANGWULAN

Berita Terpopuler
Istri Pimpinan ISIS Mantan Penata Rambut
Pamer Busana Muslimah, Syahrini Dirisak Netizen

KPK Gelar Ekspose Soal Muhtar Ependy

Komnas HAM Pastikan Pemanggilan Paksa Kivlan Zen

Kiper Oblak Bergabung ke Atletico Madrid

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

1 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

2 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

3 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

3 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

4 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

6 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

6 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya