Ilustrasi Pabrik baja. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Saranacentral Bajatama Tbk Handaja Susanto akan mengurangi impor bahan baku hingga 70 persen. Hal ini disebabkan tingginya kerugian kurs yang ditanggung pada akhir 2013.
"Yang dulunya impor bahan baku sampai 70 persen sekarang hanya 30 persen. Saat ini kami lebih banyak mengambil bahan baku lokal," kata Handaja kepada wartawan seusai rapat umum pemegang saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Kamis, 26 Juni 2014.
Handaja menjelaskan penurunan impor terpaksa dilakukan karena nilai rupiah yang kian melemah. Beberapa regulasi pemerintah juga dinilai mempersulit kegiatan impor. "Dulu tidak ada anti-dumping, sekarang ada. Dulu rupiah cuma Rp 8.000, sekarang sampai Rp 12 ribu. Harga bahan baku impor juga dulu lebih murah 10 persen," dia menjelaskan.
Bahan baku dibeli dari Krakatau Steel. Sedangkan untuk ekspor banyak dilakukan di negara Asia, antara lain Cina, Bangladesh, Timur Tengah, Turki, Australia, Amerika Selatan, dan Brasil. "Terbesar ada di Cina, hingga 50 persen lebih," katanya.
BAJA mencatatkan beban rugi kurs sebesar Rp 111,26 miliar pada 2013. Sedangkan pada tahun sebelumnya hanya Rp 29,77 miliar. Perseroan menargetkan penjualan sebanyak Rp 600 miliar. "Kami optimistis, semester satu juga sudah mencapai Rp 600 miliar," ujar Handaja.
Ekspor Nonmigas Desember 2023 Anjlok Terdalam, Kelapa Sawit Turun 28,73 Persen
15 Januari 2024
Ekspor Nonmigas Desember 2023 Anjlok Terdalam, Kelapa Sawit Turun 28,73 Persen
Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan pada Desember 2023, nilai ekspor nonmigas mengalami penurunan secara tahunan. Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS Puji Ismartini mengatakan penurunan terjadi pada semua sektor.