TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas mengatakan Bank Indonesia berencana mengkonsolidasikan bank-bank penerbit uang elektronik terkait dengan rencana BI mengeluarkan standar penerbitan uang elektronik (e-money).
"Bank Indonesia ada roadmap untuk blueprint, untuk rencana mengeluarkan standar e-money," kata Ronald Waas setelah menghadiri Banking Service Excellence Award 2014 di Hotel Sangri-La Jakarta, Jumat, 13 Juni 2014. (bac: BI Minta Perbankan Integrasi E-Money)
Sebelumnya, Bank Indonesia memberikan aturan standar dalam sistem pembayaran, seperti pada kartu kredit yang diwajibkan menggunakan cip mulai 2010 dengan batas waktu 31 Desember 2015. Namun Ronald mengakui bentuk standar terhadap e-money ini belum ditentukan oleh Bank Indonesia.
Ia mengakui kesulitan utama untuk menciptakan standardisasi terhadap e-money adalah perbedaan teknologi yang diusung penerbit e-money. Sesuai dengan aturan Bank Indonesia, penerbitan uang elektronik dapat dilakukan oleh lembaga perbankan umum, lembaga perbankan daerah, dan lembaga selain bank. (baca: BI Dorong Masyarakat Gunakan E-Money)
"Kalau kartu ATM-kan sama teknologinya. Kalau e-money kita ada dua, server-based dan chip-based," kata Ronald. Karena perbedaan teknologi tersebut, Ronald mengaku membutuhkan waktu yang lebih panjang dan kehati-hatian untuk mencari standardisasi yang tepat. "Industrinya harus duduk sama-sama, dengan Bank Indonesia juga. Kita mau pakai standar yang kayak apa,"
Saat ini telah ada 17 penerbit uang elektronik di Indonesia. Beberapa penerbit produk e-money tersebut di antaranya BCA, Bank Mandiri, Bank Mega, BNI, dan Bank DKI. Juga sejumlah operator telekomunikasi, yaitu Telkomsel, XL Axiata, Indosat, Telkom, dan Finnet. Juga terdapat dua pemain independen, yaitu Skye Sab dan Doku. (baca: Pertama di Dunia, eMoney Lintas Operator)
MAYA NAWANGWULAN
Berita terkait
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini
6 jam lalu
BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaBI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini
1 hari lalu
BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.
Baca SelengkapnyaEkonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025
2 hari lalu
Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.
Baca SelengkapnyaKinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia
3 hari lalu
Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.
Baca SelengkapnyaZulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi
3 hari lalu
Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.
Baca SelengkapnyaSehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187
3 hari lalu
Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.
Baca SelengkapnyaPengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan
3 hari lalu
BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.
Baca SelengkapnyaIHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia
3 hari lalu
IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.
Baca SelengkapnyaUang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024
3 hari lalu
BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.
Baca SelengkapnyaAlipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal
3 hari lalu
Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.
Baca Selengkapnya