Sumbangan Ekonomi Pileg 2014 Tak Sesuai Harapan  

Reporter

Rabu, 28 Mei 2014 18:40 WIB

Sejumlah poster caleg masih tertempel di sekitar Jalan Inggit Garnasih, Bandung, Jawa Barat, (6/4). Sebagian besar atribut kampanye di wilayah Bandung belum ditertibkan oleh petugas kendati sudah memasuki masa tenang. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Surakarta - Penyelenggaraan pemilu legislatif pada 9 April lalu tidak berdampak signifikan pada kegiatan ekonomi di Surakarta, Jawa Tengah. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Surakarta Ismet Inono mengatakan dampak pemilu legislatif pada perekonomian tidak sebesar yang diperkirakan.

"Masyarakat tidak besar-besaran berkampanye. Buktinya konsumsi bahan bakar minyak tidak sebanyak yang diprediksi sebelumnya," ujarnya di kantor BI, Solo, Rabu, 28 Mei 2014. Dia mengatakan sebelumnya BI memperkirakan penyelenggaraan pemilu legislatif akan mendorong perekonomian tumbuh 0,1-0,2 persen.

Indikator yang menunjukkan pemilu legislatif tak berdampak signifikan bagi geliat perekonomian terlihat dari perlambatan pertumbuhan kredit dan aset perbankan. Misalnya aset perbankan pada April 2014 mencapai Rp 56,5 triliun atau tumbuh 16,2 persen secara tahunan. "Tapi jika dibandingkan Maret 2014, terjadi perlambatan. Karena pada Maret tumbuh 17,94 persen," katanya.

Kemudian, kredit yang disalurkan pada April 2014 mencapai Rp 48,2 triliun atau tumbuh 19,7 persen secara tahunan. Tapi pertumbuhan tersebut masih kalah jika dibandingkan penyaluran kredit pada Maret yang tumbuh 21,6 persen secara tahunan.

Indikator lainnya, jika memang pemilu legislatif membuat ekonomi bergairah, maka mestinya terjadi inflasi pada April 2014. Sebab konsumsi masyarakat naik yang berpengaruh pada inflasi. Faktanya Solo mengalami deflasi 0,15 persen pada April lalu.

Dengan berbagai indikator tersebut, dia menilai secara umum penyelenggaraan pemilu legislatif tidak banyak berdampak pada perekonomian. Menurut dia, hal serupa juga bisa terjadi pada pemilu presiden pada 9 Juli mendatang. Memang ada dampaknya ke perekonomian tapi sangat kecil.

Dia mengatakan kondisi yang benar-benar menggairahkan perekonomian adalah puasa dan Lebaran. "Konsumsi masyarakat akan meningkat," katanya.

Sekretaris Tim Pengendali Inflasi Daerah Surakarta Arif Nazarudin mengatakan kalau pasokan bahan kebutuhan pokok tidak dijaga, maka inflasi bakal tidak terkendali. Untuk itu pihaknya akan mengumpulkan para distributor kebutuhan pokok pada pekan pertama Juni 2014.

Tujuannya melihat ketersediaan stok bahan makanan dan kebutuhan pokok jelang puasa, pemilu presiden, dan Lebaran. Pihaknya juga akan mengawasi distribusi di lapangan. "Terutama untuk mengefisienkan rantai distribusi. Selama ini terlalu panjang," ucapnya.

UKKY PRIMARTANTYO

Baca juga:
Capres Janjikan Pertumbuhan 7 Persen, Analis Ragu
Asumsi Makro di APBN 2015 Terlalu Pesimistis

Berita utama:
Jokowi Bantah Perizinan bagi Pengusaha Lambat
Punya Rp 46 T, Chairul Tanjung Belum Lapor ke KPK
Enam Kriteria Presiden Ideal Menurut Komnas HAM

Berita terkait

Paytren Dicabut OJK, Yusuf Mansur Berharap Tak Kapok Coba Ide Lain

1 hari lalu

Paytren Dicabut OJK, Yusuf Mansur Berharap Tak Kapok Coba Ide Lain

Yusuf Mansyur mengklaim investasi syariah paytren tidak menjadi tempat pencucian uang, dia tidak tergoda dengan uang yang dianggap tidak benar

Baca Selengkapnya

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

2 hari lalu

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus konsisten menerapkan kualitas hasil produksi jika ingin bisa bertahan di tengah dinamika ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

3 hari lalu

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dan mendukung upaya pengendalian inflasi daerah.

Baca Selengkapnya

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

4 hari lalu

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

4 hari lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

7 hari lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

8 hari lalu

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

10 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

11 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

11 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya