Singkong ala Vietcong. Foto: Anis D. Setiawati untuk TEMPO
TEMPO.CO, Jakarta - Produktivitas ubi kayu atau yang biasa disebut singkong hingga saat ini kenyataannya masih sangat rendah. Setiap hektare, produktivitas singkong hanya berkisar 18-20 ton.
"Padahal potensi genetik singkong di Indonesia itu termasuk tinggi, rata-rata di atas 30-40 ton per hektare," kata Direktur Pasca-Panen Kementerian Pertanian Pending Dadih Permana di Menara Kadin, Rabu, 14 Mei 2014. Bahkan produktivitas singkong gajah di Kalimantan Timur bisa mencapai 120-140 ton per hektare.
Menurut Dadih, rendahnya produktivitas singkong di Indonesia ini disebabkan oleh terbatasnya lahan yang dimiliki oleh petani. Akibatnya, efisiensi petani menjadi terbatas.
Petani juga tidak memiliki modal yang besar untuk mengembangkan usahanya. Menurut dia, jalinan kemitraan yang terintegrasi dari hulu ke hilir bisa menjadi solusi yang tepat. "Harus dibangun lebih banyak kemitraan," ujarnya. (Baca: Singkong Emas Akan Jadi Primadona di Yogyakarta)
Tantangan lainnya adalah siklus tanam singkong yang panjang mencapai sepuluh bulan. Hal ini membuat petani enggan mengembangkan produksi singkong. Produksi singkong tertinggi terjadi pada bulan Juli, Agustus, dan September.
"Ini tentunya menjadi tantangan bagi kami agar terus mendorong program produktivitas singkong dalam negeri," ujarnya. (Baca: Marzuki Alie Luncurkan Mi MoJang)
Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati
13 hari lalu
Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati
Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Atase Perdagangan RI di Canberra berupaya mendorong para pelaku usaha produk pertanian Indonesia memasuki pasar Australia.