UGM: Indonesia Peringkat 44 dari 50 Negara

Reporter

Jumat, 21 Maret 2014 05:03 WIB

Pekerja melintas di depan terminal Liquid Propane Gas (LNG) milik Bosowa Corporindo yang baru diresmikan di Kawasan Industri Makassar, Sabtu (21/12). TEMPO/Hariandi Hafid

TEMPO.CO, Yogyakarta: Kelompok Kerja untuk Daya Saing Indonesia, Universitas Gadjah Mada (UGM) merilis data indeks mengenai tingkat kualitas pembangunan Indonesia yang masih rendah di level dunia. Koordinator tim perumus indeks itu, Ahmad Akbar Susamto, mengatakan daya saing Indonesia dibanding 50 negara ada di peringkat 44. "Kami mengukurnya dari sembilan indikator dan memakai perspektif berbeda dari penilaian lembaga-lembaga asing," kata dia seusai diskusi peluncuran laporan "Catch Up: Seberapa Jauh Indonesia Memiliki Bekal Mengejar Negara-Negara Maju?" pada Kamis, 20 Maret 2014.

Menurut Ahmad, peringkat daya saing Indonesia juga masih berada di bawah empat negara lain di Asia Tenggara, yakni Singapura, Thailand, Malaysia dan Vietnam. "Indonesia Hanya mengungguli Filipina," kata dia.

Ahmad menyatakan Kelompok Kerja untuk Daya Saing Indonesia, UGM memakai sembilan indikator untuk menentukan peringkat ini. Dia mencontohkan, Indonesia menempati urutan peringkat daya saing ke 47 di indikator kualitas infrastruktur, teknologi dan inovasi. "Hanya lebih baik dari India, Kenya dan Nigeria," kata Ahmad.

Dia menambahkan peringkat daya saing Indonesia agak lebih baik di indikator kualitas kapasitas kelembagaan, makro ekonomi dan dunia usaha, yakni masing-masing di posisi ke-37, 36 serta 30. Namun, menurut Ahmad peringkat lumayan baik ini juga layak dikritisi dengan tujuan agar ada perbaikan kebijakan.

Ahmad menyatakan peringkat daya saing Indonesia paling baik di indikator kemandirian. Dia menjelaskan alasan kesimpulan itu karena jumlah hutang luar negeri milik pemerintah tidak terlampau jauh berjarak dari nilai Produk Domestik Bruto. "Suara Indonesia di PBB juga masih kuat," kata dia.

Pengukuran peringkat daya saing Indonesia ini berbeda dari laporan serupa yang biasanya dikeluarkan oleh World Economic Forum atau World Competitive Center. Menurut Ahmad, perbedaan bukan hanya dari segi jenis indikator tapi juga perspektif dalam memaknainya. Indikator kemandirian tidak ada di laporan dua lembaga itu.

Menurut Ahmad laporan ini merupakan rekomendasi bagi pemerintah baru pasca pemilu. Rekomendasi seperti ini, dia menambahkan, berguna untuk panduan kebijakan ekonomi pemerintah yang bisa berjangka panjang. "Agar tidak selalu muncul dari proses politik," kata dia.

ADDI MAWAHIBUN IDHOM



Terpopuler:Indonesia Tidak Akui Referendum CrimeaMH370 'Sembunyi' di Balik Pesawat Lain?
Bukti-bukti Brigadir Susanto Habisi AKBP Pamudji




Berita terkait

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

2 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya

Imbas Perang Iran-Israel terhadap Ekonomi Indonesia

10 hari lalu

Imbas Perang Iran-Israel terhadap Ekonomi Indonesia

Serangan balasan Iran terhadap Israel meningkatkan eskalasi konflik di Timur Tengah. Ketegangan ini menambah beban baru bagi ekonomi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Sebut Ekonomi Indonesia Kokoh di Tengah Ketidakpastian Global, Jokowi: Alhamdulillah

59 hari lalu

Sebut Ekonomi Indonesia Kokoh di Tengah Ketidakpastian Global, Jokowi: Alhamdulillah

Presiden Jokowi mengatakan bahwa perekonomian Indonesia cukup kokoh di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Pegadaian Raih Penghargaan Indonesia Living Legend Companies Awards 2024

2 Februari 2024

Pegadaian Raih Penghargaan Indonesia Living Legend Companies Awards 2024

PT Pegadaian dinobatkan sebagai Diamond Living Legend Company in Realizing Society Welfare Through Innovative and Inclusive Products and Services

Baca Selengkapnya

APBN Dukung Momentum Pemulihan Ekonomi Indonesia

19 Desember 2023

APBN Dukung Momentum Pemulihan Ekonomi Indonesia

Kinerja anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hingga pertengahan bulan Desember 2023 tercatat lebih kuat dari target yang ditentukan

Baca Selengkapnya

Target Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Para Capres Dinilai Percuma Jika Andalkan Pertambangan

19 Desember 2023

Target Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Para Capres Dinilai Percuma Jika Andalkan Pertambangan

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan target pertumbuhan ekonomi para kandidat capres dan cawapres Pemilu 2024 cenderung tinggi.

Baca Selengkapnya

Inflasi Terkendali, Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Diprediksi 4,9 Persen

14 Desember 2023

Inflasi Terkendali, Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Diprediksi 4,9 Persen

ADB menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada Asian Development Outlook (ADO) Desember 2023

Baca Selengkapnya

CORE Proyeksikan Krisis Properti di Cina Diprediksi Berdampak Jangka Panjang ke RI

12 Desember 2023

CORE Proyeksikan Krisis Properti di Cina Diprediksi Berdampak Jangka Panjang ke RI

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal, mengatakan krisis sektor properti di Cina sangat berpengaruh pada perekonomian Indonesia, terutama pada kinerja ekspor.

Baca Selengkapnya

Kebijakan Fiskal Jadi Penjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia

8 Desember 2023

Kebijakan Fiskal Jadi Penjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia

Kebijakan fiskal memiliki peranan penting sabagai penjaga stabilitas nasional sekaligus mempertahankan pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Jokowi Pamer Ekonomi RI Stabil 5 Persen ke Kepala Negara Lain: Kita Bangga Banget

29 November 2023

Jokowi Pamer Ekonomi RI Stabil 5 Persen ke Kepala Negara Lain: Kita Bangga Banget

Jokowi bangga dengan perkembangan ekonomi Indonesia yang tumbuh di kisaran 5 persen. Ia menyebut dirinya memamerkan hal itu kepada kepala negara lain.

Baca Selengkapnya