Petugas mengamati layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) usai pembukaan perdagangan di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta (2/1). Tempo/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) berpeluang untuk melanjutkan kenaikan. Namun hal ini bisa terganjal potensi profit taking (aksi ambil untung). “Jika kondisi ini dimanfaatkan untuk profit taking masif, Jokowi Effect akan berkurang dan dapat kembali terkoreksi,” kata analis dari Trust Securities, Reza Priyambada, Senin, 17 Maret 2014.
Menurut reza, pada perdagangan hari ini, indeks diperkirakan akan berada pada rentang support 4.650-4.756 dan resisten 4.885-4.912. Sempat berada pada support (4.680-4.706) tapi mampu berbalik naik melampaui target resisten (4.735-4.750). Pada perdagangan pekan lalu, laju indeks cenderung melemah pada awal sesi setelah pelaku pasar mulai melakukan profit taking setelah rilis BI rate. Pelemahan terjadi pada saham perbankan, aneka industri, dan beberapa saham lainnya.
Namun kondisi IHSG berbalik arah mulai menguat signifikan sekitar pukul 15.00 WIB setelah maraknya pemberitaan tentang pemberian mandat menjadi presiden kepada Jokowi. “Pasar sangat... sangat bereaksi positif, bahkan nilai transaksi pun langsung melonjak yang juga didukung adanya transaksi beli saham BTPN di pasar nego hampir senilai Rp 6 triliun,” kata Reza.
Sepanjang perdagangan Jumat lalu, IHSG menyentuh level 4.726,17 (level tertingginya) pada akhir sesi 2 dan menyentuh level 4.726,17 (level terendahnya) pada awal sesi 1 dan berakhir pada level 4.726,17. Adapun volume perdagangan turun dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett buy dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell.
Faktor efek Jokowi, kata Reza, walaupun sempat membuat laju IHSG melesat, tak dirasakan oleh rupiah. Kondisi pasar valas sedang diliputi kekhawatiran, terutama jelang penyelenggaraan referendum di Crimea. Meningkatnya kembali kecemasan membuat pelaku pasar memilih untuk switching ke aset-aset valas lainnya yang dinilai safe heaven, seperti yen. Laju rupiah melampaui level support 11.410, Rp 11.445-11.395 (kurs tengah BI).
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.