BUMN Pupuk Dituding Nikmati Subsidi Terlalu Besar

Reporter

Senin, 24 Februari 2014 16:06 WIB

Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur, Aas Asikin Idat. ANTARA FOTO/Wijaya

TEMPO.CO, Jakarta - Rosyid Hidayat, anggota Komisi Pertanian Dewan Perwakilan Rakyat, menyatakan hitungan subsidi pupuk terlalu besar. Ia mencontohkan jumlah subsidi untuk pupuk organik. Subsidi yang dikantongi produsen pabrik pupuk merupakan selisih harga pokok penjualan (HPP), yaitu ongkos produksi dan distribusi, terhadap harga eceran tertinggi (HET) dan harga beli petani. (Baca: Pupuk Bersubsidi Bakal Ludes Sebelum Oktober)

Untuk pupuk organik, HPP dipatok Rp 1,9 juta per ton, sementara HET Rp 500 ribu per ton. "Produsen menikmati subsidi Rp 1,4 juta per ton," katanya kepada Tempo, Rabu, 19 Februari 2014.

Tahun ini volume pupuk organik bersubsidi dipatok 800 ribu ton dengan subsidi Rp 1,127 triliun dari total Rp 18,04 triliun. Menurut hitungan Rosyid, jumlah subsidi organik ini terlalu besar. Alasannya: HPP organik di produsen kelas menengah hanya Rp 750 ribu per ton. "Ini tidak tepat," kata politikus Demokrat ini.

Rosyid mengatakan banyak produsen kelas menengah iri terhadap produsen pelat merah seperti PT Petrokimia Gresik, Pupuk Kalimantan Timur, Pupuk Kujang, Pupuk Sriwijaya, dan Pupuk Iskandar Muda. Gara-gara subsidi tersebut, produsen kelas menengah kalah bersaing. "Kalau bisa subsidi dicabut," kata Rosyid, mengulang keluhan salah seorang produsen di Jawa Tengah kepadanya.

Direktur Utama Petrokimia Gresik Hidayat Nyakman mengatakan pihaknya melibatkan lebih dari 180 mitra produksi dalam pengadaan pupuk organik. "Jadi subsidinya dinikmati masyarakat," katanya.

Sorotan juga mengarah ke HPP pupuk kimia seperti urea, SP-36, ZA, dan NPK Phonska yang naik saban tahun. Penyebabnya: kenaikan HPP subsidi pupuk membengkak dan jumlah kurang bayar terus merangkak.

Sumber Tempo di Badan Pemeriksa Keuangan mengatakan auditor sulit memisahkan produksi pupuk bersubsidi dan nonsubsidi. "Bagaimana memisahkan? Digilingnya di satu pabrik," katanya.

Anggota BPK, Ali Masykur Musa, memastikan auditor dapat memilah pupuk bersubsidi dan nonsubsidi. "Yang berkaitan dengan subsidi tidak boleh diutak-atik." (Lihat juga: Subsidi Pupuk Rawan Diselewengkan)

Direktur Pemasaran PT Pupuk Indonesia, induk lima pabrik itu, mengatakan HPP naik karena melemahnya rupiah terhadap dolar, inflasi, kenaikan harga bahan bakar minyak, "serta kenaikan harga gas." Menurut Ali, kenaikan subsidi pupuk wajar sebab diikuti produksi padi nasional. "Subsidi di India, Cina lebih besar ketimbang Indonesia," katanya.

AKBAR TRI KURNIAWAN

Berita Lainnya
Ada Setoran di Balik Label Halal Daging Australia
Demi Evan Dimas, Risma Batalkan Acara di Jakarta
Pulau Misterius Mendadak Muncul di Laut Bekasi

Berita terkait

Sempat Meroket Tajam, Harga Bawang Merah Berangsur Turun di Sejumlah Daerah, Ini Fakta-faktanya

1 hari lalu

Sempat Meroket Tajam, Harga Bawang Merah Berangsur Turun di Sejumlah Daerah, Ini Fakta-faktanya

Harga bawang merah mulai mengalami penurunan di sejumlah daerah.

Baca Selengkapnya

Sidang Syahrul Yasin Limpo, KPK Hadirkan 4 Saksi

2 hari lalu

Sidang Syahrul Yasin Limpo, KPK Hadirkan 4 Saksi

Tim Jaksa KPK menghadirkan empat saksi pada sidang lanjutan bekas Menteri Pertanian (Kementan) Syahrul Yasin Limpo (SYL)

Baca Selengkapnya

Novel Baswedan Sebut Jika Polda Metro Jaya Tahan Firli Bahuri Bisa jadi Pintu Masuk Kasus Lainnya

7 hari lalu

Novel Baswedan Sebut Jika Polda Metro Jaya Tahan Firli Bahuri Bisa jadi Pintu Masuk Kasus Lainnya

Novel Baswedan menjelaskan, jika Firli Bahuri ditahan, ini akan menjadi pintu masuk bagi siapa pun yang mengetahui kasus pemerasan lainnya.

Baca Selengkapnya

Kesaksian Permintaan Uang dari Syahrul Yasin Limpo Saat Jadi Mentan, untuk Perawatan Kecantikan Anak hingga Kado

8 hari lalu

Kesaksian Permintaan Uang dari Syahrul Yasin Limpo Saat Jadi Mentan, untuk Perawatan Kecantikan Anak hingga Kado

Sejumlah pejabat Kementerian Pertanian dihadirkan sebagai saksi di sidang lanjutan dugaan pemerasan dan gratifikasi oleh Syahrul Yasin Limpo.

Baca Selengkapnya

Dewas KPK Masih Proses Dugaan Pelanggaran Etika oleh Dua Pimpinan Komisi Antikorupsi

9 hari lalu

Dewas KPK Masih Proses Dugaan Pelanggaran Etika oleh Dua Pimpinan Komisi Antikorupsi

Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi masih memeriksa dugaan pelanggaran etika oleh dua pimpinan KPK.

Baca Selengkapnya

Kuasa Hukum Syahrul Yasin Limpo Jelaskan Poin Keberatan terhadap Kesaksian Eks Ajudan Panji Harjanto

9 hari lalu

Kuasa Hukum Syahrul Yasin Limpo Jelaskan Poin Keberatan terhadap Kesaksian Eks Ajudan Panji Harjanto

Kuasa hukum bekas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo Djamaludin Koedoeboen, menuturkan poin keberatan terhadap kesaksian eks ajudan Panji Harjanto.

Baca Selengkapnya

Sidang Syahrul Yasin Limpo Ungkap Beberapa Rahasia, Termasuk Permintaan Firli Bahuri Rp 50 Miliar

9 hari lalu

Sidang Syahrul Yasin Limpo Ungkap Beberapa Rahasia, Termasuk Permintaan Firli Bahuri Rp 50 Miliar

Beberapa rahasia terungkap saat sidang Syahrul Yasin Limpo, termasuk adanya permintaan Rp 50 miliar dari Ketua KPK saat itu Firli Bahuri.

Baca Selengkapnya

Eks Ajudan Syahrul Yasin Limpo Ungkap Ada Permintaan Uang Rp 50 Miliar dari Firli Bahuri

13 hari lalu

Eks Ajudan Syahrul Yasin Limpo Ungkap Ada Permintaan Uang Rp 50 Miliar dari Firli Bahuri

Eks ajudan Syahrul Yasin Limpo mengetahui adanya permintaan uang sebesar Rp 50 miliar dari mantan Ketua KPK Firli Bahuri.

Baca Selengkapnya

Usut TPPU Syahrul Yasin Limpo, KPK Panggil Kepala Biro Umum Setjen Kementan

30 hari lalu

Usut TPPU Syahrul Yasin Limpo, KPK Panggil Kepala Biro Umum Setjen Kementan

KPK memanggil Kabiro Umum Setjen Kementan sebagai saksi dalam penyidikan TPPU Syahrul Yasin Limpo.

Baca Selengkapnya

Usai Eksepsinya Ditolak Hakim, Syahrul Yasin Limpo: Saya akan Bertanggung Jawab

33 hari lalu

Usai Eksepsinya Ditolak Hakim, Syahrul Yasin Limpo: Saya akan Bertanggung Jawab

Hakim PN Tindak Pidana Korupsi menolak eksepsi bekas Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL), dalam perkara dugaan gratifikasi

Baca Selengkapnya