Petugas melihat Pesawat Merpati Nusantara Airlines yang tergelincir dan patah di landasan pacu Bandara El Tari Kupang, NTT, (10/6). Pesawat ini terbang dari Ngada, Flores, membawa 46 penumpang dan empat kru. ANTARA FOTO/Bernadus Tokan
TEMPO.CO, Jakarta - Utang besar yang melilit maskapai pelat merah PT Merpati Nusantara Airlines membuat pemerintah pusing. Berbagai cara diusahakan untuk menghidupkan kembali maskapai yang punya kekhususan penerbangan jalur perintis ini. Namun, tak terduga opsi dibangkrutkan mengemuka demi menghapus utang-utang Merpati.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Harry Bakti menuturkan bahwa dalam rencana bisnis yang dirembuk oleh PT Perusahaan Pengelola Aset dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara adalah Merpati akan dibangkrutkan secara bertahap.
Tahap awal adalah dengan memisahkan unit bisnis yang masih menguntungkan menjadi anak usaha atau spin off. Selain itu, Merpati akan membuat satu anak usaha baru dengan mitra bisnis. (Baca juga: Dahlan Iskan Desak Merpati Buat Anak Usaha)
“(Semacam) dibangkrutkan perlahan, jadi yang induknya akan dipisahkan dari unit bisnis yang masih berprospek,” katanya ketika ditemui di acara Perubahan Logo Angkasa Pura II pada Selasa, 21 Januari 2014 malam.
Dengan dipisahkan unit bisnis menjadi anak usaha, kata dia, perlahan Merpati akan bangkrut dengan sendirinya karena sudah tidak ada penopang dari bisnis yang prospektif. Bila sudah bangkrut, maka sesuai aturan pailit, aset-aset Merpati akan disita dan utangnya dianggap lunas. “Bila utang sudah lunas baru akan disuntik Penyertaan Modal Negara dan nanti bentuk Merpati baru,” katanya. (Baca juga: Forum Pegawai Tolak Direktur Merpati)
Namun, kata dia, hal ini belum menjadi kebijakan yang pasti. Artinya masih akan dirapatkan bersama-sama Kementerian Perekonomian. “Menurut direktur utamanya, business plan-nya sudah disiapkan dan sudah dibahas di Kementerian BUMN. Nanti tinggal menunggu rapat bersama BUMN, Kemenhub, Merpati dan semua yang terkait,” katanya.
Diwawancara terpisah, Direktur Utama Angkasa Pura II Tri S. Sunoko mengakui Merpati memiliki utang kepada AP II. Namun sayang ia tak ingat jumlahnya. “Kecil sepertinya jumlahnya,” katanya.
Ia mengatakan akan ikut dengan keputusan pemerintah. Ia pasrah bila nantinya utang di AP II tak terbayar karena aset Merpati tak sebesar utangya kepada para perusahaan lain. “Kita ikut saja dengan pemerintah. Itu kan aset negara juga sebenarnya,” katanya.
Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan, Serikat Pekerja: Belum Punya Uang
18 hari lalu
Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan, Serikat Pekerja: Belum Punya Uang
Ketua Umum Serikat Pekerja Indofarma, Meida Wati mengatakan, bahwa sejak aksi damai pada 5 April 2024, perusahaan belum bisa memastikan kapan bakal melunasi gaji seribuan karyawan Indofarma.
BUMN Pernah Punya 700 Anak dan Cucu Usaha, 90 Persen Rapornya Merah
9 April 2021
BUMN Pernah Punya 700 Anak dan Cucu Usaha, 90 Persen Rapornya Merah
Peneliti BUMN Research Group Universitas Indonesia, Toto Pranoto, menyinggung persoalan banyaknya anak-cucu perusahaan pelat merah di masa lalu yang mencapai 700 entitas.