The Fed: Angka Tenaga Kerja Amerika Meningkat  

Kamis, 5 Desember 2013 12:59 WIB

Federal Reserve. AP Photo/J. Scott Applewhite

TEMPO.CO, Washington - Bank sentral Amerika Serikat (The Fed) mengumumkan angka tenaga kerja meningkat di sejumlah negara bagian pada Oktober dan awal November 2013. Hal ini seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi yang sedikit lebih tinggi.

Kondisi tersebut tecermin dalam laporan rutin tentang perkembangan bisnis yang dikeluarkan bank sentral AS--The Fed's Beige Book. Laporan tersebut menguatkan pandangan bahwa pertumbuhan yang kuat pada daftar upah di bulan Oktober terbawa ke November. Laporan ini sekaligus mendukung pandangan bahwa The Fed semakin dekat pada rencananya mengurangi stimulus moneter.

Mengacu pada laporan tersebut, perekrutan menunjukkan sedikit kenaikan atau tidak berubah di seluruh negeri. Atas dasar itu, kebanyakan investor melihat laju perekrutan tenaga kerja tak cukup tinggi untuk mendorong The Fed merealisasikan pengurangan stimulus pada Desember. Seperti diketahui, The Fed akan kembali mengadakan rapat pada 17-18 Desember 2013.

The Fed's Beige Book tampaknya tak banyak mempengaruhi prediksi para ekonom soal kelanjutan stimulus moneter. Para ekonom memprediksi stimulus sebesar US$ 85 miliar per bulan baru akan dikurangi mulai Maret 2014. "Perekonomian masih berjuang untuk lepas landas," kata kepala ekonom Raymond James, Scott Brown.

Laporan The Fed memaparkan perekrutan meningkat di Philadelphia, Richmond, St Louis, Minneapolis, dan Dallas Distrik. Peningkatan tenaga kerja juga terus terjadi di wilayah lainnya.

Hal tersebut adalah berita positif menjelang laporan yang lebih komprehensif pada Jumat tentang penciptaan lapangan kerja pada November yang diperkirakan akan menunjukkan peningkatan sebanyak 180 ribu posisi. Angka ini lebih sedikit dari pencapaian Oktober yang sebanyak 240 ribu posisi.

Kondisi tersebut diyakini bisa mendorong tingkat pengangguran ke level 7,2 persen. Adapun target dari stimulus moneter AS adalah mengurangi tingkat pengangguran ke bawah 7 persen.

The Fed mengatakan ada tanda-tanda yang menunjukkan meningkatnya kegiatan ekonomi pada sektor otomotif dan industri berteknologi tinggi. Di saat bersamaan, sejumlah pebisnis mengatakan mereka khawatir dengan sistem asuransi kesehatan nasional yang bisa meningkatkan biaya bisnis perusahaan.

Beberapa perusahaan juga dilaporkan tengah terpukul oleh penutupan sejumlah kantor pemerintahan AS (shutdown) pada Oktober lalu. Pabrik-pabrik di wilayah tengah Atlantik, misalnya, mengatakan kepada The Fed ada beberapa penurunan aktivitas karena 16 hari shutdown tersebut. Beberapa perusahaan di industri pariwisata juga mengatakan hal itu berdampak negatif.

MARTHA THERTINA

Terpopuler
Bu Pur Panggil Kapolri 'Dik Tarman'
9 Gaya Panggung Agnes Monica yang Bikin Heboh
Sandra Dewi Kepergok Mojok dengan Edgard di Kafe
Ini Bu Pur yang Dikenal Mindo Rosa
Alasan Ahok Minta Pintu Tol Semanggi I Ditutup

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

11 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

3 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

3 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya