Likuiditas Rupiah Harus Lebih Ketat  

Jumat, 15 November 2013 11:30 WIB

Rupiah. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Defisitnya neraca transaksi berjalan di kuartal ketiga 2013 perlu diantisipasi dengan pengetatan likuiditas rupiah.

Bank Indonesia mengumumkan data neraca transaksi berjalan kuartal ketiga mengalami defisit US$ 8,4 miliar atau 3,8 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka itu lebih buruk dari eskpektasi BI bulan lalu yang diperkirakan hanya 3,5 persen dari PDB. Sementara itu, defisit neraca pembayaran melebar dari US$ 2,48 miliar ke US$ 2,65 miliar.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan defisit neraca berjalan terjadi karena pemulihan neraca perdagangan belum mampu menutup defisit neraca lainnya, seperti neraca jasa, pendapatan dan transfer berjalan. "Mengapa neraca perdagangan belum pulih? Karena harga komoditas dunia belum mampu mengangkat ekspor dan impor belum bisa mengimbangi perlambatan ekspor."

Menurut Rangga, yang harus dilakukan oleh Bank Indonesia saat ini ialah pengetatan likuiditas rupiah lebih lanjut dan pelemahan nilai tukar rupiah yang terukur. Tidak hanya terhadap dolar Amerika, tetapi juga terhadap mata uang rekan dagang.

Pengetatan likuiditas rupiah untuk mencegah rupiah terlalu banyak beredar sehingga berdampak pada nilai tukar. Sementara pelemahan nilai tukar dibutuhkan untuk memicu ekspor.

Namun, pelemahan nilai tukar saja tidak efektif karena permintaan komoditas tidak terlalu sensitif terhadap perubahan nilai tukar. "Sehingga pengetatan rupiah juga harus mengiringi pelemahan rupiah agar impor juga tidak terlalu kuat," ujar Rangga menjawab pertanyaan Tempo kemarin.

BI rate yang naik akan percuma jika secara moneter pengetatan likuiditas belum maksimal. Selama selisih antara FASBI overnight dengan BI rate masih terlalu jauh, itu berarti likuiditas rupiah masih berlebihan di perekonomian Indonesia.

Akan tetapi, memang pengetatan tidak bisa terlalu cepat karena kredit macet di bank bisa naik tajam dan menimbulkan krisis likuiditas, khususnya untuk bank-bank kecil dan menengah. Pertumbuhan ekonomi juga tidak bisa dikorbankan begitu saja demi menghapus neraca yang defisit karena penyerapan tenaga kerja akan terganggu.

Hari ini rupiah diperkirakan akan bergerak di kisaran 11.450 hingga 11.550 per dolar.

PDAT | M. AZHAR

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

7 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

3 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

3 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya