TEMPO.CO, Jakarta - Siang ini Bank Indonesia (BI) berencana mengumumkan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) baru. Pengamat ekonomi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Latif Adam, menyatakan sebaiknya BI Rate dipertahankan pada level 7,25 persen. "Idealnya tetap dipertahankan," ujarnya saat dihubungi, Selasa, 12 November 2013.
Latif menjelaskan, bila BI Rate dinaikkan, suku bunga bank akan naik sehingga ekspansi kredit akan menurun. Hal itu, menurut dia, akan langsung berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi. "Perbandingannya, kalau ekspansi kredit turun 1 persen, pertumbuhan ekonomi akan turun 2-2,5 persen."
Hal itu bisa terjadi karena, kata Latif, 70-80 persen pembangunan ekonomi di Indonesia masih dibiayai oleh kredit bank.
Adapun jika BI Rate diturunkan, menurut Latif, justru berisiko lebih besar. "Sebab, stabilitas ekonomi belum benar-benar mantap," ujarnya. Ia menyebutkan saat ini indeks harga saham gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah masih bergejolak.
Latif juga menyatakan bahwa tekanan inflasi musiman terjadi akibat naiknya konsumsi menjelang Natal dan tahun baru dalam dua bulan ke depan. Belum lagi hal itu akan ditambah dengan gelontoran rupiah dari instansi-instansi pemerintahan yang berlomba-lomba menghabiskan anggaran belanja pada akhir tahun.
Sebelumnya, 12 September 2013 lalu, Bank Indonesia baru menaikkan BI Rate dari 7 persen menjadi 7,25 persen.