Group vokal JKT48 selaku brand ambassador Honda Brio beraksi saat peluncuran New Honda Brio di Jakarta, Rabu (11/9). Honda meluncurkan new Honda Brio dengan sejumlah varian meliputi new Brio A/T 1.2L dengan fitur lengkap namun harga terjangkau, Brio Sports 1.3L dan Brio Satya yang merupakan produk Low Cost Green Car (LCGC). ANTARA/Zarqoni maksum
TEMPO.CO, Padang - Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta menyatakan mobil murah berlabel Low Cost Green Car (LCGC) yang beredar saat ini belum sepenuhnya ramah lingkungan. "Yang ada itu murah saja," ujarnya di Padang, Kamis 26 September 2013.
Menurut Gusti, mobil yang sekarang banyak diperdebatkan itu baru sebatas murah dan hemat bensin. "Yang biasanya mobil itu 1 km per 12 liter bensin, saat ini bisa 1 km per 20 liter bensin," ujarnya.
Untuk menciptakan kendaraan yang benar-benar ramah lingkungan, Kementerian Riset dan Teknologi saat ini sedang merancang angkutan umum listrik. "Sedang kita siapkan," ujar Gusti.
Kendati hemat bensin, peluncuran mobil LCGC yang ditargetkan diproduksi sebanyak 30 ribu unit tahun ini, dipastikan akan menambah konsumsi BBM bersubsidi. PT Pertamina (Persero) memperkirakan potensi kenaikan konsumsi BBM bersubsidi seiring dengan penambahan jumlah mobil.
“Ini kan baru masuk mobilnya bulan-bulan ini, jadi belum tahu persis potensinya berapa, tapi kalau ada penambahan mobil, biasanya selalu ada tambahan konsumsi premium,” kata Juru Bicara Pertamina Ali Mundakirnya ketika dihubungi Tempo, Ahad lalu.
Umumnya setiap penambahan satu mobil akan menghabiskan premium rata-rata 75 liter per bulan. “Biasanya satu mobil itu 50-100 liter konsumsi. Secara kasar tinggal dikali saja berapa banyak mobilnya,” katanya.
Menurut Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) No 33/M-IND/PER/7/2013 tentang Pengembangan Produksi Kendaraan Bermotor Roda Empat yang Hemat Energi dan Harga Terjangkau, spesifikasi bahan bakar bagi LCGC adalah RON 92. Namun, berbagai kalangan pesimistis pengguna mobil murah bakal menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi.