TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk. Arwin Rasyid menurunkan target pertumbuhan kredit tahun ini dari semula 15 persen menjadi berkisar 10 persen. Penurunan tersebut, kata dia, disebabkan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 25 basis poin menjadi 7,25 persen. "Kami mengantisipasinya karena pengusaha akan melihat adanya penurunan daya beli masyarakat," kata Arwin di Jakarta, Senin, 16 September 2013.
Arwin menuturkan penurunan target pertumbuhan kredit dilakukan untuk mengerem penyaluran pinjaman yang melaju lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan dana masyarakat. Alasannya, hal tersebut akan menyebabkan meningkatnya LDR perbankan.
Untuk itu, CIMB akan menahan laju tersebut dengan merevisi target pertumbuhan. Dengan besaran kenaikan suku bunga pada tiap jenis kredit bervariasi di kisaran 0,5-1 persen, Arwin memprediksi akan terjadi perlambatan penyaluran kredit menjadi 20 persen dari angka yang sebelumnya berada 22 persen secara year on year.
Solusi yang diterapkan CIMB, kata Arwin, yakni CIMB menargetkan proyeksi penambahan dana pihak ketiga senilai Rp 7-8 miliar melalui program promosi yang bertajuk Poin Cinta. Artinya, kata dia, program tersebut dapat menambah dana senilai Rp 80-90 miliar dalam satu tahun.
Saat ini, ujar Arwin, jumlah simpanan tabungan CIMB per 30 Juni 2013 mencapai Rp 34,48 triliun. Nilai itu, kata dia, tumbuh 12 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
2 hari lalu
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.