Para pedagang tempe berunjuk rasa dan melakukan sweeping ke kawasan pembuatan tempe di Kelurahan Grogol Utara, Kebayoran Lama, Jakarta, Rabu (25/7). Massa dari Pengawas Pusat Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) Kalideres menyatakan, aksi sweeping ini untuk menyikapi penolakan kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku tempe yang dirasa membebani para produsen tempe. TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Gabungan Koperasi Produsen Tahu-Tempe Indonesia (Gakoptindo) menyatakan aksi mogok produksi para perajin tahu-tempe akan berakhir hari ini. "Hari ini terakhir mogok. Besok tempe-tahu di pasaran akan ada," kata Sekretaris Jenderal Gakoptindo, Suyanto, Rabu, 11 September 2013.
Menurut dia, importir telah melepas 11.500 ton kedelai untuk perajin tahu dan tempe. Stok kedelai ini akan disebar ke 11 provinsi. Namun jumlah tersebut, menurut Gakoptindo, masih minim dari jumlah yang dibutuhkan.
Idealnya, Suyanto melanjutkan, pemerintah mesti mengeluarkan sebanyak 132 ribu per ton per bulan. "Untuk tahap awal itu sudah cukup, dan kami menerimanya," ujar dia.
Gakoptindo akan kembali meninjau dan mengevaluasi pasokan kedelai tersebut. "Kami akan melihat apakah nanti pada bulan Oktober akan ada penambahan kuota dan perubahan harga atau tidak."
Kemarin, pemerintah memanggil lima importir untuk mengeluarkan stok kedelai. Importir menyanggupi memasok 11.500 ton kedelai dengan harga Ro 8.500 per kilogram.