Harga Pangan Meroket, Daya Beli Petani Turun

Reporter

Kamis, 1 Agustus 2013 19:39 WIB

Pedagang sayuran menjajakan dagangannya di Pasar Kramat Jati, Jakarta, Jumat (17/5). Pemprov DKI Jakarta akan menjadikan Pasar Kramat Jati menjadi lokasi binaan. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta-Daya beli petani turun pada Juli lalu, di saat harga sejumlah komoditas pertanian meroket. Data Badan Pusat Statistik menyatakan pada Juli 2013, nilai tukar petani nasional sebesar 104,58 atau turun 0,67 persen dibanding bulan sebelumnya.

Di sisi lain, harga sejumlah bahan pangan di tingkat konsumen justru naik hingga menyebabkan inflasi mencapai 3,29 persen. "Penurunan nilai tukar petani ini justru dikarenakan turunnya nilai tukar subsektor tanaman pangan sebesar 0,69 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik, Kamis 1 Agustus 2013.

Nilai tukar petani adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. Nilai tukar dibuat dalam bentuk persen. Bila nilai yang dihasilkan di atas 100 berarti nilai barang yang dihasilkan petani melebihi nilai konsumsinya. Angka ini merupakan salah satu indikator untuk melihat daya beli petani di pedesaan. Maka, semakin tinggi nilai tukar petani, maka semakin kuat pula daya belinya.

Selain subsektor tanaman pangan, kata Suryamin, juga terjadi penurunan nilai tukar subsektor hortikultura sebesar 0,58 persen dan subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,36 persen. Sebaliknya, nilai tukar petani ubsektor Peternakan naik sebesar 0,77 persen dan NTP subsektor Perikanan naik sebesar 0,05 persen.

Dari 32 provinsi yang dihitung nilai tukar petaninya, hanya 4 provinsi mengalami kenaikan, sedangkan 28 sisanya justru menurun. Keempat provinsi tersebut adalah Aceh, Kepulauan Riau, Jawa Timur, dan Maluku.

Bulan lalu, nilai tukar petani Provinsi Kepulauan Riau mengalami kenaikan tertinggi (0,69 persen) dibandingkan provinsi lainnya. Sebaliknya, NTP Provinsi Jambi terjadi penurunan terbesar (2,47 persen) dibanding provinsi lainnya.

BPS juga mencatat inflasi daerah perdesaan di Indonesia sebesar 3,35 persen pada Juli 2013. "Inflasi terutama disebabkan oleh naiknya indeks Kelompok Transportasi dan Komunikasi serta Kelompok Bahan Makanan," kata Suryamin.

PINGIT ARIA

Topik Terhangat
Ahok vs Lulung | Anggita Sari | Bisnis Yusuf Mansur | Kursi Panas Kapolri | Daging Impo


Berita Terpopuler

Febri 'Anak Jenderal' Disuruh Bersihkan Busway
Ini 11 Proyek Yang Dilaporkan Nazaruddin ke KPK
Ahok: Saya Siap Mati Demi Konstitusi
Ketua KPU Jatim: Jumat Khofifah Resmi Jadi Cagub
Anak Jenderal Pelanggar Jalur Busway Ber-IPK 1,26
Menteri Tifatul Akan Diperiksa Kejaksaan Agung



Advertising
Advertising

Berita terkait

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

9 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

9 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

9 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

9 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

9 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

9 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

10 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Penerbangan Internasional di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar Meningkat 8,29 Persen

28 hari lalu

Penerbangan Internasional di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar Meningkat 8,29 Persen

Aktivitas penerbangan internasional yang datang, berangkat, dan transit di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar pada Februari 2024 meningkat.

Baca Selengkapnya

BPS: Kenaikan Harga Beras Eceran 2024 Paling Tinggi Sejak 2011

30 hari lalu

BPS: Kenaikan Harga Beras Eceran 2024 Paling Tinggi Sejak 2011

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia A. Widyasanti mengatakan harga beras eceran mengalami kenaikan sebesar 2,06 persen secara bulanan.

Baca Selengkapnya

Terkini: Harga Beras dan Gabah Turun Selama Ramadan, Jokowi Gelontorkan IFG LIfe Rp 3,5 Triliun untuk Bereskan Polis Jiwasraya

30 hari lalu

Terkini: Harga Beras dan Gabah Turun Selama Ramadan, Jokowi Gelontorkan IFG LIfe Rp 3,5 Triliun untuk Bereskan Polis Jiwasraya

BPS menyebut penurunan harga beras secara bulanan terjadi di tingkat penggilingan sebesar 0,87 persen. Namun secara tahunan, di penggiling naik.

Baca Selengkapnya