TEMPO.CO, Jakarta - Merosotnya laba emiten unggulan PT Astra International Tbk (ASII) memicu kejatuhan saham unggulan lainnya sehingga indeks harus tergusur kembali dari level psikologis 5.000. Positifnya bursa regional pun tak kuasa menahan penurunan bursa domestik.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia pada perdagangan hari ini, Kamis, 25 April 2013, ditutup turun 17,084 poin (0,34 persen) ke level 4.994,523. Indeks sektor aneka industri memimpin pelemahan bursa, merosot lebih dari 4,7 persen seiring dengan jatuhnya harga saham ASII.
Analis dari PT Trimegah sekuritas Tbk. Gina Novrina Nasution mengungkapkan jebloknya saham Astra memicu kejatuhan saham unggulan lainnya sehingga indeks sempat turun ke 4.962. Laba Astra yang turun dibawah perkiraan para analis membuat harga sahamnya jatuh cukup dalam.
Turunnya laba perusahaan sekelas Astra tentunya membuat para investor berpikir untuk segera melepas sahamnya sehingga berimbas ke saham besar lainnya. “Namun, kinerja saham perbankan yang masih tumbuh mampu memberikan optimisme bagi investor sehingga mampu menopang indeks berbalik arah agar tidak merosot terlalu dalam.”
Tingginya biaya serta turunnya kinerja anak usaha membuat Laba Astra merosot 7 persen di kuartal pertama tahun ini dibanding periode yang sama tahun lalu. Turunnya harga komoditas, peraturan uang muka minimum, dan naiknya biaya tenaga kerja memberi pukulan terhadap keuntungan perusahaan.
Gina optimistis laba perusahaan di triwulan I 2013 masih bertumbuh seiring masih tumbuhnya perekonomian domestik, walaupun Astra mengalami pelambatan. Kinerja sektor perbankan yang sudah dirilis masih cukup positif sehingga indeks masih di sekitar 5.000.
Saham yang berpindah tangan mencapai 6,8 miliar lembar, dengan nilai Rp 7,3 triliun, serta frekuensi 159,9 ribu kali. Harga 151 saham turun, 100 saham naik, serta 114 saham lainnya stagnan, dan investor asing mencatat penjualan bersih Rp 375 miliar.
ASII memimpin pelemahan indeks setelah jatuh 5,8 persen ke Rp 7.350, diikuti PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) terkoreksi 1,3 persen ke Rp 11.800, Gudang Garam (GGRM) turun 1,7 persen ke Rp 50.100, Indocement (INTP) susut 2,2 persen ke Rp 25.000, serta Bank BTN juga tergelincir 1,9 persen menjadi Rp 1.530 per saham.
Dari kawasan regional, bursa Hong Kong menguat 0,98 persen, bursa India naik 1,2 persen, bursa Tokyo menguat 0,6 persen, bursa Seoul naik 0,84 persen, serta bursa Singapura juga naik 0,45 persen.
VIVA B. KUSNANDAR
Berita terkait
BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini
23 jam lalu
BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.
Baca SelengkapnyaHari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?
6 hari lalu
Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?
Baca SelengkapnyaSenin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus
37 hari lalu
BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.
Baca SelengkapnyaPekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Baca SelengkapnyaMicrosoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI
30 Januari 2024
Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.
Baca SelengkapnyaIsrael Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober
5 Desember 2023
Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas
Baca SelengkapnyaPotensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.
Baca SelengkapnyaBEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham
30 November 2023
Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.
Baca Selengkapnya2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun
26 Oktober 2023
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaTransaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal
7 Oktober 2023
Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan nilai transaksi harian di pasar modal Indonesia yang jeblok dibandingkan tahun lalu.
Baca Selengkapnya