TEMPO.CO, Jakarta - Produk suplemen kesehatan Indonesia dinilai siap bersaing di pasar global. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Lucky S. Slamet mengatakan ada beberapa langkah yang harus dilewati jika pelaku usaha suplemen kesehatan asal Indonesia ingin meningkatkan kualitas produk mereka.
“Ada tiga faktor utama dalam proses produksi. Stability, efficacy, dan safety. Tiga faktor ini amat membantu meningkatkan kualitas produk suplemen kesehatan,” ujarnya kepada Tempo, 24 April 2013.
Menurut dia, langkah-langkah itu sudah diterapkan di beberapa negara ASEAN. Sehingga para produsen suplemen kesehatan harus menimalisir peluang terjadinya human error dalam proses produksinya.
Lucky menjelaskan harmonisasi kebijakan ekonomi di ASEAN sangat berdampak pada kebijakan ekspor-impor. Terutama soal standar kualitas produk satu negara. “Jelas ini tantangan bagi Indonesia,” katanya.
Dalam regulasinya, suplemen kesehatan memang disahkan untuk memakai bahan-bahan kimia. Vitamin, zat besi, natrium, dan mangan sebagai contoh yang diijinkan untuk bahan dasar suplemen kesehatan. “Asal sesuai takaran,” tandas Lucky.
Data BPOM menyebutkan kebutuhan orang Indonesia untuk vitamin D sebesar 0,01 miligram per hari, sementara masyarakat Thailand hanya membutuhkan 0,005 miligram per hari. Kebutuhan zat besi masyarakat Indonesia 30 miligram per hari, berbeda dengan Thailand, yang hanya butuh 20 miligram per harinya.
Menurut Lucky, perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor, yakni latar belakang negara, demografis, dan geografisnya.
AMRI MAHBUB
Berita Terpopuler:
Rumah Susno Duadji di Bandung Dikepung
Susno Minta Ini-Itu Sebelum Dieksekusi Jaksa
Susno Berlindung di Ruang Kerja Kapolda Jabar
Ini Penyebab Messi Tampil Tak Maksimal
Tersangka Bom Boston Berencana Lari ke New York
Berita terkait
Kembangkan Industtri Farmasi demi Harga Obat yang Terjangkau
14 Maret 2023
Pemerintah diminta mengembangkan industri farmasi untuk menurunkan harga obat.
Baca SelengkapnyaPotensi Kampus dalam Kembangkan Industri Farmasi
13 Maret 2023
Pihak akademisi selalu membutuhkan masukan dari industri farmasi mengenai hal-hal apa saja yang perlu dikembangkan demi kepentingan masyarakat.
Baca SelengkapnyaJKN Buka Peluang Terciptanya Kedaulatan Industri Farmasi
5 Maret 2023
Kemandirian industri farmasi kesehatan dapat dicapai dengan cara penguatan manufaktur farmasi dalam negeri, revitalisasi penyediaan bahan baku obat serta riset dan pengembangan inovasi farmasi dalam negeri.
Baca SelengkapnyaBerikut Pendidikan yang Harus Ditempuh untuk Menjadi Apoteker
13 Februari 2023
PP No. 51 tahun 2009 mendefenisikan apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
Baca Selengkapnya13 Februari Sebagai Hari Persatuan Farmasi Indonesia, Simak Sejarahnya
13 Februari 2023
Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) didirikan di Yogyakarta pada 13 Februari 1946 oleh Zainal Abidin yang kemudian diangkat sebagai Ketua PAFI.
Baca SelengkapnyaMenperin: Industri Farmasi Kuasai Pasar Domestik, Tapi 90 Persen Bahan Bakunya Masih Impor
7 Desember 2022
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan saat ini industri farmasi nasional telah menguasai pasar obat sekitar 89 persen.
Baca SelengkapnyaIndustri Farmasi Mengaku Terpukul Selama Obat Sirup Ditarik dari Peredaran
3 Desember 2022
Sebelumnya, obat sirup dilarang beredar karena mengandung etilen glikol dan dietilen glikol yang tidak sesuai batas yang diatur BPOM.
Baca SelengkapnyaBPOM Umumkan 172 Obat Sirup Bisa Diedarkan Kembali, Cek Daftarnya
2 Desember 2022
BPOM menyatakan 172 produk obat sirup dari 22 industri farmasi telah memenuhi ketentuan, sehingga dapat kembali diedarkan.
Baca SelengkapnyaBPOM Ungkap Alasan Perusahaan Farmasi Jadi Tersangka Kasus Gagal Ginjal Akut
24 November 2022
Togi menyatakan lima perusahaan tersebut menciptakan larutan obat sebanyak 400 hingga 700 kali di atas ambang batas. Jadi penyebab gagal ginjal akut.
Baca SelengkapnyaBPOM Ungkap Indikasi Adanya Kejahatan Obat di Industri Farmasi Indonesia
17 November 2022
Kepala BPOM Penny K Lukito mengatakan ada gap atau celah dalam sistem keamanan dan mutu obat dari hulu ke hilir.
Baca Selengkapnya