Golden Traders, BI: Hati-hati Investasi Emas  

Reporter

Minggu, 3 Maret 2013 08:43 WIB

Gerai emas Golden Traders Indonesia Syariah di Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Yogyakarta - Belajar dari kasus PT Golden Traders Indonesia (GTI) Syariah, Bank Indonesia menyarankan masyarakat bersikap hati-hati atas tawaran investasi menggiurkan. (Baca: Modus Emas Bodong Golden Traders Selalu Berulang)

Deputi Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta, Causa Iman Karana, mengatakan, masyarakat perlu mewaspadai tawaran investasi perusahaan yang menjanjikan imbalan yang jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata investasi lainnya. Masyarakat perlu memastikan jenis perusahaan dan keberadaan uang yang diinvestasikan. “Jangan mudah terpancing dengan imbalan yang ditawarkan. Masyarakat harus waspada,” kata dia saat dihubungi Tempo, Sabtu, 2 Maret 2013.

Menurut dia, tawaran bonus sebesar 1,5 sampai 2 persen per bulan dari pembelian emas batangan 100 gram patut dipertanyakan. Bila dihitung, margin atau keuntungan nasabah dalam satu tahun bisa mencapai 24 persen per tahun. Padahal, dalam kondisi normal, suku bunga atas deposito di perbankan sebesar 5-6 persen. “Kalau dibandingkan dengan suku bunga perbankan, angkanya jauh sekali,” katanya.

BI, kata dia, tidak berwenang menangani lembaga keuangan nonbank, seperti PT Golden Traders Indonesia Syariah. Hanya, BI akan memeriksa kemungkinan perusahaan itu menjalin kerja sama dengan perbankan syariah. “Saya harus cek satu per satu bank terlebih dahulu,” katanya.

Sebelumnya, Golden Traders Indonesia Syariah menjual emas batangan produk PT Aneka Tambang (Antam) dengan harga 20 persen lebih mahal ketimbang harga emas di pasaran. Harga lebih mahal karena ada kompensasi yang diberikan kepada nasabah setiap bulan. Nasabah hanya perlu membeli emas batangan per 100 gram dengan harga Rp 71.800.000. Setiap bulan, nasabah mendapatkan bonus sebesar 1,5-2 persen dari harga pembelian emas. Pemberian bonus dilakukan selama 3-6 bulan, bergantung pada kontrak yang dipilih nasabah. Setelah kontrak habis, nasabah bisa memperpanjang kembali. Uang pembayaran bonus langsung dikirim dari GTI Syariah Jakarta ke rekening setiap nasabah GTI Syariah.

Konsultan PT Golden Traders Indonesia Syariah Yogyakarta, BRAy Nuraida Joyokusumo, mengatakan, besaran bonus yang ditawarkan perusahaan itu normal. Sama seperti toko emas yang lainnya. Hanya, harga emas yang dijual 20 persen lebih mahal ketimbang harga emas yang dijual di pasaran. “Bisnis ini menguntungkan. Nasabah juga tidak perlu khawatir karena emas berada di tangan mereka,” katanya. (Baca: Emas Bodong Golden Traders, Orang Indonesia Kaya)

Belakangan ini, salah seorang pemilik saham PT Golden Traders Indonesia Syariah dari Malaysia, Michael Ong, dikabarkan membawa kabur uang nasabah sebesar Rp 10 triliun dan emas. Michael Ong menjadi presiden direktur di perusahaan itu. BRAy Nuraida Joyokusumo berkali-kali membantah kabar uang nasabah dibawa kabur Michael Ong. Selengkapnya soal Golden Traders klik di sini.

SHINTA MAHARANI

Berita Lainnya:

Marzuki Alie Pernah Testimoni Soal Golden Traders


Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

8 jam lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

1 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

2 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

2 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

2 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

2 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

2 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

2 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

2 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

3 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya