Bumi Optimistis Bayar Utang CIC  

Reporter

Editor

Pruwanto

Selasa, 2 Oktober 2012 18:55 WIB

TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Bumi Resources, Ari Sapta Hudaya, yakin perusahaannya masih bisa melunasi utangnya kepada China Investment Corporation (CIC) yang bernilai US$ 638 juta.

"Saya optimistis masih bisa, meski kondisi perusahaan seperti ini tapi perusahaan masih bisa," kata Ari, Selasa, 2 Oktober 2012.

Sekretaris Korporat PT Bumi Resources Dileep Srivasta menambahkan, utang-utang terhadap CIC baru akan jatuh tempo pada 2014. Hingga saat ini, BUMI masih berupaya agar bisa melunasi utang tersebut sebelum tenggatnya. "Kalau kami tidak bisa bayar tahun ini, kami bisa bayar kapan pun sampai Oktober 2014," katanya.

Dia telah memberi tahu kepada pihak CIC dan menegaskan komitmen pelunasan utang sebelum jatuh tempo. Saat ini, perusahaan masih memikirkan upaya-upaya lain agar usahanya tetap berjalan dan nilai aset bertambah yang nantinya bisa digunakan untuk membayar utang mereka.

Dalam paparan publik yang disampaikan sore ini, Bumi Resources memaparkan utang-utang yang mereka miliki, yaitu:
- Obligasi Konversi I senilai US$ 364,71 juta yang jatuh tempo Agustus 2014;
- Fasilitas UBS AG senilai US$ 25 juta yang jatuh tempo Juli 2012;
- Fasilitas Country Forest Limited 2009 senilai US$ 1.281,47 yang jatuh tempo Oktober 2014, 2015;
- Guaranteed Senior Secured Notes senilai US$ 296,53 juta yang jatuh tempo November 2016;
- Fasilitas Credit Suisse 2010 senilai US$ 147,25 juta yang jatuh tempo Agustus 2013;
- Guaranteed Senior Secured Note II senilai US$ 679,60 juta yang jatuh tempo Oktober 2017;
- Fasilitas UBS AG senilai US$ 75 juta yang jatuh tempo April 2015;
- Fasilitas Axis Bank Limited 2011 senilai US$ 178,95 juta yang jatuh tempo Agustus 2016;
- Fasilitas Deutsche Bank 2011 senilai US$ 146,60 juta yang jatuh tempo Oktober 2014;
- Fasilitas China Development Bank senilai US$ 594,52 yang jatuh tempo Februari 2016.

Untuk membayar utang-utangnya tersebut, Bumi Resources memiliki berbagai strategi. Di antaranya dengan melakukan monetisasi aset-aset yang bukan usaha inti mereka. "Jadi kami akan melepas usaha yang tidak berkaitan dengan pertambangan batu bara untuk memperkuat arus dana," kata Dileep.

Perusahaan ini akan melakukan penurunan utang (deleveraging) hingga mencapai tingkat EBITDA sekitar satu kali selama dua tahun ke depan. Saat itu, diperkirakan rasio utang terhadap EBITDA Bumi mendekati enam kali.

GUSTIDHA BUDIARTIE

Berita Terpopuler

Ini Utang-utang BUMI

Bumi Resources Paparkan Dugaan Penyimpangan Dana

Hatta Upaya Jembatan Selat Sunda Tak Bebani APBN

Berau: Tak Ada Penyidikan Independen dari Bumi Plc

Malaysia Akan Bangun Jalur Kereta di Kalimantan

Produksi Tambang Emas Martabe Berhenti Sementara

Bulog Belum Tahu Beras Thailand Berarsenik




Advertising
Advertising

Berita terkait

IHSG Diperkirakan Menguat, Terpengaruh Sentimen Domestik dan Global

2 jam lalu

IHSG Diperkirakan Menguat, Terpengaruh Sentimen Domestik dan Global

IHSG hari ini, Senin, 6 Mei 2024 dibuka menguat 36,86 poin atau 0,52 persen ke posisi 7.171,58

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

8 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

14 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

45 hari lalu

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

25 Februari 2024

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.

Baca Selengkapnya

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

30 Januari 2024

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

5 Desember 2023

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas

Baca Selengkapnya

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

4 Desember 2023

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.

Baca Selengkapnya

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

30 November 2023

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.

Baca Selengkapnya

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

26 Oktober 2023

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya