TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Bumi Resources, Ari Sapta Hudaya, yakin perusahaannya masih bisa melunasi utangnya kepada China Investment Corporation (CIC) yang bernilai US$ 638 juta.
"Saya optimistis masih bisa, meski kondisi perusahaan seperti ini tapi perusahaan masih bisa," kata Ari, Selasa, 2 Oktober 2012.
Sekretaris Korporat PT Bumi Resources Dileep Srivasta menambahkan, utang-utang terhadap CIC baru akan jatuh tempo pada 2014. Hingga saat ini, BUMI masih berupaya agar bisa melunasi utang tersebut sebelum tenggatnya. "Kalau kami tidak bisa bayar tahun ini, kami bisa bayar kapan pun sampai Oktober 2014," katanya.
Dia telah memberi tahu kepada pihak CIC dan menegaskan komitmen pelunasan utang sebelum jatuh tempo. Saat ini, perusahaan masih memikirkan upaya-upaya lain agar usahanya tetap berjalan dan nilai aset bertambah yang nantinya bisa digunakan untuk membayar utang mereka.
Dalam paparan publik yang disampaikan sore ini, Bumi Resources memaparkan utang-utang yang mereka miliki, yaitu: - Obligasi Konversi I senilai US$ 364,71 juta yang jatuh tempo Agustus 2014; - Fasilitas UBS AG senilai US$ 25 juta yang jatuh tempo Juli 2012; - Fasilitas Country Forest Limited 2009 senilai US$ 1.281,47 yang jatuh tempo Oktober 2014, 2015; - Guaranteed Senior Secured Notes senilai US$ 296,53 juta yang jatuh tempo November 2016; - Fasilitas Credit Suisse 2010 senilai US$ 147,25 juta yang jatuh tempo Agustus 2013; - Guaranteed Senior Secured Note II senilai US$ 679,60 juta yang jatuh tempo Oktober 2017; - Fasilitas UBS AG senilai US$ 75 juta yang jatuh tempo April 2015; - Fasilitas Axis Bank Limited 2011 senilai US$ 178,95 juta yang jatuh tempo Agustus 2016; - Fasilitas Deutsche Bank 2011 senilai US$ 146,60 juta yang jatuh tempo Oktober 2014; - Fasilitas China Development Bank senilai US$ 594,52 yang jatuh tempo Februari 2016.
Untuk membayar utang-utangnya tersebut, Bumi Resources memiliki berbagai strategi. Di antaranya dengan melakukan monetisasi aset-aset yang bukan usaha inti mereka. "Jadi kami akan melepas usaha yang tidak berkaitan dengan pertambangan batu bara untuk memperkuat arus dana," kata Dileep.
Perusahaan ini akan melakukan penurunan utang (deleveraging) hingga mencapai tingkat EBITDA sekitar satu kali selama dua tahun ke depan. Saat itu, diperkirakan rasio utang terhadap EBITDA Bumi mendekati enam kali.
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.