Presiden Direktur Bumi Resources Ari S. Hudaya bebicara di depan wartawan di Jakarta (1/11). Bakrie telah menjual 35 persen saham PT Bumi Resources Tbk., kepada Konsorsium Northstar Pacific. Foto: TEMPO/Harun Mahbub
TEMPO.CO, Jakarta - Seiring dengan rencana manajemen Bumi Plc melakukan investigasi terhadap dugaan penyimpangan keuangan (development funds) di anak usahanya, PT Bumi Resource Tbk, Direktur Non-eksekutif Bumi Plc, Ari Sapta Hudaya, mengundurkan diri.
"Ari Hudaya telah mengundurkan diri sebagai Direktur Non-eksekutif Bumi Plc efektif mulai 24 September 2012," ujar Direktur Bumi Resources, Dileep Srivastava, melalui pesan pendek, Senin malam, 24 September 2012.
Dileep menambahkan, meski mengundurkan diri dari Bumi Plc, bukan berarti Ari tidak akan bekerja di Bakrie Group. Setelah mundur dari Bumi Plc, Ari akan berfokus melakukan upaya peningkatan nilai di Bumi Resources sebagai presiden direktur.
Situs Web Bumi Plc mengatakan bahwa proses investigasi penyimpangan penggunaan development funds yang mencurigakan di Bumi Resources telah dimulai. Otoritas terkait di Inggris dan Indonesia akan dimintai peran sertanya dalam investigasi ini.
Juru bicara Bumi Plc, Nick von Schirnding, melalui keterangan tertulis di situs Web bumiplc.com menyatakan, pihaknya menemukan dugaan penyimpangan atas kinerja keuangan dan operasi anak usahanya di Indonesia, terutama Bumi Resources.
"Penyimpangan atas kinerja keuangan dan operasi ini telah diselidiki oleh penyelidik independen," ujarnya. Penyimpangan ini telah pula dilaporkan kepada dewan komisaris. "Perusahaan juga bermaksud menghubungi otoritas terkait (pasar modal) di Inggris dan Indonesia sehubungan beberapa tuduhan.”
Akibat berita negatif ini, harga saham Bumi Resources yang berkode efek BUMI di Bursa Efek Indonesia anjlok 19 persen menjadi Rp 680 per lembar. Hari ini pun, sampai penutupan sesi I, harga saham BUMI kembali turun Rp 10 menjadi Rp 670 per saham.
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.