TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan Bumi Plc untuk memeriksa kejanggalan keuangan di Bumi Resources kabarnya dipicu oleh laporan orang dalam (whistleblower). Selasa, 25 September 2012 ini, sejumlah media memberitakan bahwa Bumi Plc--perusahaan berbasis di London, Inggris, yang memegang saham 29,2 persen Bumi Resources--mengambil langkah drastis tersebut setelah mendapat laporan soal kejanggalan keuangan (financial irregularities) di Bumi Resources.
Bumi Resources sendiri adalah bagian dari kerajaan bisnis Bakrie dan disebut-sebut sebagai produsen batubara terbesar di Indonesia. Salah satu kejanggalan yang dilaporkan adalah soal perubahan nilai dana pembangunan (development funds) di PT Bumi Resources Tbk dan nilai satu aset PT Berau Coal Energy Tbk.
Nilai kedua aset itu diubah menjadi nol pada laporan keuangan Bumi Plc pada 31 Desember 2011 lalu. Hanya satu investasi senilai US$ 39 juta yang tidak diubah.
Wall Street Journal dalam laporannya Selasa, 25 September 2012 menduga aset yang diubah nilainya menjadi nol adalah aset Gallo Oil Ltd dari New Jersey, Amerika Serikat. Gallo mempunyai dua konsesi pengeboran minyak dan gas bumi di Yaman dan sebuah pabrik pengolahan batubara di Indonesia.
Penyelidikan independen ini juga akan menelusuri penggunaan dana sebesar US$ 300 juta yang diklaim dipakai perusahaan-perusahaan Bumi untuk memulai proyek baru. Otoritas Jasa Keuangan dan Kantor Penanganan Pelanggaran Serius (Serious Fraud Office) di bursa saham Inggris kabarnya sudah mengetahui rencana penyelidikan ini.
Dihubungi pada Senin, 24 September 2012, manajemen Borneo, pemegang saham lain di Bumi Plc, mengaku belum tahu soal rencana pemeriksaan ini. "Kami belum mengetahui persis. Tetapi kelihatannya ada kaitannya dengan Nat Rotschild," ujar Direktur Borneo, Kenneth Allan.
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.